Penanganan
Rajungan (Portunus pelagicus) Skala
Mini Plant
Rajungan (Portunus pelagicus) termasuk hewan dasar
laut yang dapat berenang ke permukaan pada malam hari untuk mencri makan.
Rajungan hidup di daerah pantai berpasir lumpur dan diperairan depan hutan
mangrove. Rajungan juga disebut blue
swimming crab, dagingnya terbungkus oleh suatu lapisan kulit keras
(cangkang/ karapas). Daging rajungan mempunyai nilai gizi rata-rata per 100
gram daging rajungan mengandung karbohidrat 14,1 gram, kalsium 210 mg, fosfor
1,1 mg, zat besi 200 SI, dan vitamin A dan B1 sebesar 0,05 mg/ 100 gram.
Keunggulan daging rajungan adalah kandungan proteinnya yang tinggi sekitar
16-17 gr/100 gr daging.
Rajungan merupakan
salah satu jenis organisme laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia.
Rajungan merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang penting, adanya
permintaan pasar yang tinggi diharapkan dapat memperkuat ekonomi masyarakat,
khususnya para pelaku usaha dalam bidang perikanan khususnya skala
home-industry. Keadaaan tersebut bisa berhasil jika pada proses penanganannya
kualitas atau mutu kesegaran rajungan bisa dijaga, khususnya dalam penanganan
rajungan selama panen, transportasi, dan pengolahan dalam industri skala rumah
tangga. Ciri-ciri rajungan segar dan tidak segar disajikan dalam tabel berikut
;
Keadaan
|
Kondisi Segar
|
Kondisi Tidak Segar
|
Terlihat
|
Cerah dan cemerlang, warna belum berubah
sesuai warna aslinya
|
Terdapat banyak warna merah jambu, terutama
di sekitar kepala dan kaki, serta terdpt bnyk bintik hitam di kakinya
|
Mata
|
Mengkilap, hitam, dan bulat serta tidak terlalu
menonjol keluar
|
Pudar dan kelabu gelap serta mononjol keluar,
bola mata melekat pada tangkai mata
|
Kulit
|
Tetap melekat kuat pada daging dan tidak
berlendir
|
Mudah terkelupas
|
Ruas tubuh/ kaki
|
Tetap terhubung kuat dan kompak serta tidak
mudah terlepas
|
Kendur dan mudah dilepas dari kulitnya dan
terasa lengket bila ditekan
|
Daging
|
Masih terasa padat dan lentur serta melekat
kuat pada kulitnya
|
Kendur dan mudah dilepas dari kulitnya dan
terasa lengket bila ditekan
|
Aroma
|
Segar dan tidak tercampur bau lainnya
|
Menyengat dan busuk
|
Sistem
pedagangan rajungan segar mulai dikembangkan dalam bantuk serpihan daging untuk
konsumsi langsung maupun bahan baku produk pengalengan. Proses penanganan bahan
baku pada industri skala rumah tangga umumnya masih belum bisa menerapkan
prinsip HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point). Pemahaman tentang teknik penanganan rajungan selama proses
panen, transportasi, dan pengolahan oleh para pelaku usaha di skala rumah
tangga diharapkan dapat menerapkan penanganan yangs sesuai dengan standar GMP
dan SSOP.
Tahapan Penanganan Rajungan Sesuai SOP
Penanganan Bahan Baku
Prosedur peneriman
rajungan mentah dan pencucian rajungan sebagai berikut ;
a.
Rajungan mentah dari
nelayan diterima di cooking station
b.
Rajungan mentah disortasi,
ditimbang, dan dicatat (rajungan yang tidak sesuai standar mutu, akan terjadi
reject/ penolakan)
c.
Sortasi, pemberian
perlakuan dengan mengelompokan rajungan berdasarkan ukuran, jenis, dan kualitas
untuk mempermudah proses penjualan
d.
Rajungan mentah yang sudah
disortasi dicuci (disiram) menggunakan air bersih yang memenuhi syarat mutu
untuk menghilangkan dari kotoran, tanah, dan dari sumber kontaminan dan
bakteri. Pada waktu penirisan rajungan yang telah dicuci tidak boleh kontak
langsung dengan lantai dan selama proses penanganan harus memperhatikan sistem
rantai dingin.
Penanganan Saat Pengukusan
a.
Pengukusan, pemberian
perlakuan pemanasan yang bertujuan untuk menghambat aktifitas atau membunuh
bakteri pembusuk maupun aktifitas enzim
b.
Pekerja menggunakan perangkat
seragam, yaitu baju seragam proses, masker, penutup kepala, apron, dan sepatu
boot
c.
Dandang pemasakan,
perlengkapan masak, dan ruangan produksi harus dalam kondisi bersih
d.
Proses pengukusan
menggunakan air yang memenuhi persayaratan air minum, waktu pemasakan sesuai
dengan kapasitas rajungan, cara pengukusan yang baik, ketinggian air sesuai
standar
Urutan
cara kerja perebusan rajungan sebagai berikut :
a.
Dandang kukus yang
dilengkapi sarangan, diisi air dengan ketinggian 8-10 cm dan letakan diatas
tungku sampai air mendididh
b.
Setelah mendidih masukan
rajungan ke dalam dandang dan dikukus selama 25 menit
c.
Setelah rajungan matang,
angkat dari dandang dan dilakukan proses cooling di meja dengan menggunakan
kipas angin
Penanganan Pengupasan
a.
Pengupasan, pemberian
perlakuan memisahkan daging dari kulitnya dan mengelompokan sesuai jenisnya,
cold chain system tidak boleh dilupakan selama proses pengupasan
b.
Rajungan yang telah
dinding diletakan diatas nampan dengan diberi es curah dibawahnya
c.
Pengupasan menggunakan
pisau stainless steel
d.
Daging yang sudah dikupas
dipisahkan menurut jenisnya dan ditempatkan dalam wadah (toples plastik) yang
bagian abwah diberi es
e.
Daging yang lunak (reject)
dipisahkan ke bagian penimbangan
f.
Semua hasil kupasan daging
diserahkan ke bagian penimbangan untuk ditimbang dan dicatat, setalah proses
picking selesai ruangan dan sarana kerja dibersihkan kembali
Klasifikasi daging rajungan sebagai berikut :
1. Jumbo lump, daging dari 2 ruas dada terakhir, dekat dengan abdomen
2. All lump, daging dari ruas-ruas dada kiri-kanan
3. Backfin, bagian dari jumbo
lump dan all lump yang tidak
terkopek secara utuh
4. Claw, daging dari 2 kaki capit
5. Special, daging dari kaki jalan dan kaki renang
Pengemasan dan Penyimpanan
a.
Pengemasan, pemberian
perlakuan menempatkan daging yang telah dikupas ke dalam sebuah tempat untuk
melindungi dari kotoran, bakteri, maupun kerusakan fisik
b.
Semua daging rajungan
dikemas dalam wadah plastik harus tetap dalam kondisi dingin dengan cara diberi
es curah
c.
Penyimpanan dingin,
pemberian perlakuan penyimpanan daging yang telah dikemas pada suhu rendah
untuk menghambat terjadinya kemunduran mutu akibat aktifitas enzim maupun
bakteri.
d.
Penyimpanan bisa
menggunakan stryrofoam atau cool box dengan menambahkan es curah untuk
mempertahankan csistem rantai dingin.
Sumber : latif Sahubawa, Teknik Penanganan Hasil Perikanan. UGM Press (2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar