Introduksi
dan Punahnya Ikan Endemik
Introduksi atau memasukan satu biota dari suatu
daerah ke daerah lain, terutama untuk diversifikasi komoditas dan upaya
menghasilkan atau mendapatkan komoditas unggul. Introduksi biota air tawar
untuk kepentingan budidaya perairan telah memberikan hasil secara ekenomis, namun
sedikit yang memperhatikan dampak secara ekologis ditimbulkan intoduksi
tersebut. Introduksi merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya populasi
ikan-ikan asli di beberapa perairan umum. Restocking ikan nila dan mas di
perairan umum seperti danau dan waduk dapat meningkatkan produksi perikanan
tangkap di perairan tersebut, namun disisi lain menekan ikan spesies asli
(endemik).
Introduksi ikan dapat menimbulkan dampak
negatif bagi spesies asli, seperti penurunan populasi, kepunahan sejumlah
biota, penurunan kualitas, gangguan terhadap komunitas asli, penurunan materi
genetik ikan asli, penyebaran penyakit dan parasit serta menimbulkan masalah
sosial ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
Contoh beberapa kasus yang terjadi di beberapa negara terkait introduksi
ikan ;
1. Introduksi ikan kakap
sungai nil (Lates niloticus) ke Danau
Viktoria telah menyebabkan 60% ikan endemik dari famili Cichlidae di danau tersebut terancam punah
2. Introduksi ikan Cichla ke Danau Gatum, Panama telah
mengakibatkan punahnya 8 dari 11 jenis ikan asli dan menurunkan populasi ikan
lainnya sebesar 75-90%.
3. Introduksi ikan kepala
ular (Channa argus) ke Amerika
Serikat juga pernah menggegerkan di sebuah kolam daerah Maryland tahun 2002
yang sudah dipenuhi ikan tersebut, sehingga memaksa peneliti untuk Pengawasan
Kehidupan Liar, AS meracuni perairan tersebut.
4. Beberapa ikan endemik di
Danau Poso, Sulawesi Tengah diduga musnah sebagai dampak dari introduksi ikan
gabus (Channa striata), ikan mujahir
(Oreochromis mossambica), dan ikan
nila (Oreochromis niloticus).
5. Ikan bungo (Glossogobius bungo) di Danau Tempe,
Sulawesi Selatan yang merupakan ikan ekonomis penting dan endemik telah
terdesak oleh beberapa ikan introduksi seperti ikan mas (Ciprinus carpio), nila (Oreochromis
niloticus) dan tawes (Puntius
javanicus).
Sumber : Artikel diambil dari Buku “Pengelolaan Perikanan Indonesia : Catatan Mengenai Potensi, Permasalahan dan Prospeknya”, M. Ghufran H. Kordi, Penerbit Pustaka Baru Press : 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar