Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Minggu, 17 Desember 2017

Introduksi dan Punahnya Ikan Endemik

Introduksi dan Punahnya Ikan Endemik

 


Introduksi atau memasukan satu biota dari suatu daerah ke daerah lain, terutama untuk diversifikasi komoditas dan upaya menghasilkan atau mendapatkan komoditas unggul. Introduksi biota air tawar untuk kepentingan budidaya perairan telah memberikan hasil secara ekenomis, namun sedikit yang memperhatikan dampak secara ekologis ditimbulkan intoduksi tersebut. Introduksi merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya populasi ikan-ikan asli di beberapa perairan umum. Restocking ikan nila dan mas di perairan umum seperti danau dan waduk dapat meningkatkan produksi perikanan tangkap di perairan tersebut, namun disisi lain menekan ikan spesies asli (endemik).




Introduksi ikan dapat menimbulkan dampak negatif bagi spesies asli, seperti penurunan populasi, kepunahan sejumlah biota, penurunan kualitas, gangguan terhadap komunitas asli, penurunan materi genetik ikan asli, penyebaran penyakit dan parasit serta menimbulkan masalah sosial ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.  Contoh beberapa kasus yang terjadi di beberapa negara terkait introduksi ikan ;
  1.    Introduksi ikan kakap sungai nil (Lates niloticus) ke Danau Viktoria telah menyebabkan 60% ikan endemik dari famili Cichlidae di danau tersebut terancam punah
   2.    Introduksi ikan Cichla ke Danau Gatum, Panama telah mengakibatkan punahnya 8 dari 11 jenis ikan asli dan menurunkan populasi ikan lainnya sebesar 75-90%.
   3.    Introduksi ikan kepala ular (Channa argus) ke Amerika Serikat juga pernah menggegerkan di sebuah kolam daerah Maryland tahun 2002 yang sudah dipenuhi ikan tersebut, sehingga memaksa peneliti untuk Pengawasan Kehidupan Liar, AS meracuni perairan tersebut.
  4.    Beberapa ikan endemik di Danau Poso, Sulawesi Tengah diduga musnah sebagai dampak dari introduksi ikan gabus (Channa striata), ikan mujahir (Oreochromis mossambica), dan ikan nila (Oreochromis niloticus).
  5.    Ikan bungo (Glossogobius bungo) di Danau Tempe, Sulawesi Selatan yang merupakan ikan ekonomis penting dan endemik telah terdesak oleh beberapa ikan introduksi seperti ikan mas (Ciprinus carpio), nila (Oreochromis niloticus) dan tawes (Puntius javanicus).


 

Sumber
: Artikel diambil dari Buku “Pengelolaan Perikanan Indonesia : Catatan Mengenai Potensi, Permasalahan dan Prospeknya”, M. Ghufran H. Kordi, Penerbit Pustaka Baru Press : 2015)
Selama ini introduksi dilakukan hanya dengan pertimbangan ekonomi semata, sehingga tidak ada upaya untuk melindungi spesies endemik, yang beberapa jenis tidak hanya merupakan kekayaan keanekaragaman hayati perairan Indonesia, tetapi juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Dipihak lain, studi untuk mengangkat spesies lokal baik untuk kepentingan konservasi maupun ekonomi belum mampu mengimbangi introduksi yang begitu mudah dilakukan. Hingga saat ini baru sebagian kecil ikan asli perairan umum hasil domestikasi yang sudah dibudidayakan secara terkontrol dan massal, diantaranya gurami (Osphronemus gouramy), patin jambal (Pangasius djambal), tawes (Puntius javanicus), udang galah (Macrobranchium rosenbergii), baung (Mystus nemurus), betutu (Oxyeleotris marmorata), bilih (Mystacoleucus padangensis), semah/ batak (Neolissochilus sp), gabus (Channa striatus), belida (Notopterus sp), jelawat (Leptobarbus hoevenii) dan betok (Anabas testudineus).
 









  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar