Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Selasa, 04 Agustus 2015

Maggot, pakan ikan alternatif

Maggot, pakan ikan alternatif




Hasil riset peneti di Loka riset budidaya ikan hias air tawar (LRBIHAT) Bogor, maggot alias belatung yang merupakan larva lalat Hermetia illucens kaya akan nutrisi, kandungan protein maggot mencapai 40%, kadar ini lebih tinggi daripada pakan buatan (pelet), protein penting bagi kelangsungan hidup ikan terutama untuk pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.


Hasil uji maggot sebagai pakan memakai ikan hias asal jambi Balashark (Balantiochelius melanopterus) berbobot 1-2 gr/ ekor memuaskan, asupan 70% pelet udang dan 30% maggot sebagai pakan selama 12 minggu membuat ikan balashark tumbuh 3 kali lebih besar daripada kontrol yang diberi 100% pelet udang, tingkat kelulusan hidup atau survival rate balashark naik 2 kali lipat mencapai 90% dari sebelumnya, indikatornya tergambar jelas peningkatan jumlah sel darah putih dari 2-juta sel/ mm3 menjadi 3-juta sel/ mm3 di tubuh sel darah putih adlah pasukan tempur yang menggempur penyakit. Sel darah merah yang bertugas menyebarkan sari makanan ke seluruh tubuh pun melambung dari 2.800 sel/mm3 menjadi 4.500 sel/ mm3 efeknya sari-sari makan lebih cepat terserap tubuh menjadi energi.
           

Uji lain memakai ikan konsumsi lele Clarias gariepinus memperlihatkan efek yang sama, pengujian tim Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi menunjukan penurunan signifikan nilai FCR (rasio konversi pakan), dengan memakai campuran 50% maggot pada pelet nilai FCR turun menjadi 1,16 dari sebelumnya 1,42. Disini selisih nilai FCR 0,26, artinya mencetak 1 kg lele cukup membutuhkan 1,16 kg pakan.


Peluang maggot menjadi pakan alternatif memang terbuka lebar, apalagi dapat mengantikan fungsi tepung ikan sebagai sumber prtein pada pelet. Industri pakan ikan di tanah air masih bergantung pada tepung ikan impor dari negara amerika latin seperti chili dan peru. Tepung ikan berasal dari ikan tangkapan laut yang kini jumlah penangkapan terus menurun, padahal kebutuhan pakan untuk ikan budidaya terus meningkat seiring meningkatnya konsumsi ikan akibat pertambahan jumlah penduduk. Saat ini konsumsi ikan Indonesia sekitar 15 kg/kapita/tahun, jauh dari standar FAO sebesar 25 kg/kapita/tahun.




Maggot tidak sulit dibudidayakan, media ampas tahu, tapioka dan palm kernel meal alias bungkil kelapa sawit, dapat dipakai membiakan larva lalat. Riset menunjukan bahwa dengan 3 kg bungkil kelapa sawit dapat dihasilkan 1 kg maggot, bandingkan dengan ampas tahu hanya menghasilkan 0,25-0,5 kg maggot.


Sumber : Majalah trubus Edisi 476-Juli 2009/XL

(Artikel : Maggot, pakan hebat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar