Labi-Labi Komoditi Yang Terlupakan
PENDAHULUAN
Bulus atau
labi-labi (Tryonix sp) merupakan
sejenis kura-kura yang sangat potensial dijadikan salah satu komoditas
perikanan di Indonesia, dagingnya lezat dan dapat digunakan sebagai bahan
obat-obatan. Negara-negara di Asia Timur seperti Jepang, Cina Hongkong banyak
mengimpor bulus dari Indonesia, para eksportir selama ini mengandalkan hasil
tangkapan dari alam, padahal budidaya bulus relatif mudah dilakukan dan cukup feasible.
KEBIASAAN
HIDUP
Spesies bulus
yang dibudidayakan adalah Tryonix
cartilageneus (The Black Rayed Soft-shell).
Spesies ini berukuran besar, panjangnya mencapai 70 cm, moncongnya
lebih panjang dari diameter matanya, warna tempurungnya bervariasi. Pada bulus muda, tempurung berwarna hijau
pupus, dengan garis hitam lebar yang menyebar.
Seluruh permukaan tempurung berbintik-bintik kuning dan terdapat 1 – 2
bintik hitam tak beraturan dengan lingkaran luar kuning.
Cangkang
bagian bawah putih keabu-abuan.
Kepalanya coklat gelap atau abu-abu, dengan bintik-bintik kuning yang
banyak sekali. Bulus hidup di rawa-rawa,
danau, sungai dan dapat pula hidup di kolam dengan suhu air 25-30 ºC. Habitat yang digemari adalah perairan
tergenang dengan dasar perairan lumpur berpasir, terdapat batu-batuan dan tidak
terlalu dalam.
Salah satu
kegemarannya adalah berjemur diatas bebatuan, bulus menyukai perairan yang
banyak dihuni hewan air (molusca, ikan, krustacea dan lain-lain) atau perairan
yang permukaaannnya ditumbuhi tanaman air (enceng gondok, salvinia, terarai dan
sebagainya).
Bulus
berkembangbiak dengan bertelur (ovipar), alat reproduksi berupa penis yang
terletak pada dinding ventral rotodenum. Jantan dan betina gampang dibedakan
yaitu dengan melihat bentuk ekornya.
Pada jantan, ekornya memanjang sehingga bagian ujungnya bisa terlihat dari
luar cangkang, pada betina, bentuk ekor lebih pendek sehingga tidak tampak dari
luar cangkang.
Kematangan
kelamin terjadi pada Mei dan Juni, saat temperatur air berkisar 20ºC. Ketika akan bertelur, bulus akan menggali
lubang sedalam 20 cm, dengan dua kaki belakangnya. Lubang tersebut digunakan untuk menyimpan
telur-telur yang baru dikeluarkan.
Sebelum induknya kembali ke air, lubang ditutup kembali dengan pasir.
Bulus
bertelur 3-4 kali dalam setahun, dengan interval 2-3 minggu. Telur berbentuk bulat, berwarna putih
kekuningan atau krem dengan garis tengah sekitar 1,5-2 cm.
TEKNIK
BUDIDAYA
Ada 4 (empat)
hal utama yang perlu disediakan dalam pemeliharaan belut, yaitu kolam
pemijahan, kolam pendederan, kolam pembesaran, dan mesin penetas.
1. Kolam Pemijahan
Lokasi kolam harus terbuka, tidak terlindung
pohon/bangunan sehingga sinar matahari tidak terhalang, bagian dasar kolam
diberi pasir, sedangkan dinding pematang kolam dibuat miring, berfungsi sebagai
tempat labi-labi berjemur dan tempat meletakkan makanan. Tinggi pematang 100-150 cm dan dilengkapi
dengan bibir sepanjang 12 cm.
Salah satu sudut kolam pemijahan dibuat kandang
tempat bertelur. Luas kolam sekitar
700-1000 m², dengan kedalaman 40-80 cm.
Induk harus diseleksi dengan syarat sebagai
berikut : sehat, tidak cacat, tidak bergerak, berat badan 1 kg. Perbandingan antara jantan dan betina adalah
1 : 4, dengan padat penebaran tidak lebih dari 5 ekor/m². Pakan yang diberikan berupa ikan rucah, udang
air tawar, ketam, kodok, siput air dan cacing tanah. Jumlah pakan untuk setiap ekor adalah 10-20%
dari berat badannya. Pakan diberikan dua
kali, pagi dan sore.
2. Penetasan
Bulus bertelur pada malam hari, sedangkan
pengambilan telur dilakukan keesokan harinya.
Telur diseleksi terlebih dahulu, telur-telur yang telah diseleksi
ditempatkan kedalam mesin penetas. Suhu
penetasan sekitar 30 ºC, kelembaban diatur dengan cara menyemprotkan air
secukupnya tiap hari.
Telur bulus biasanya akan menetas setelah 45-60
hari, benih yang baru menetas secara naluri akan mencari air.
3. Kolam Pendederan
Kolam pendederan diperuntukkan bagi anak-anak
bulus atau tukik. Kolam ini bisa dibuat
dari beton yang dilengkapi pelindung dari plastik dengan kerangka kayu. Luas kolam 10-60 m², dengan kedalaman 40-50
cm.
Disekeliling kolam ditempatkan shelter (berupa papan atau tumbuhan air)
sebagai tempat bertengger atau berjemur.
Pakan berupa cacing tubifek dan udang giling. Jumlah pakan sebanyak 10% dari bobot
badannya, dan diberikan dua kali dalam sehari.
Apabila pakan berupa ikan giling atau rebusan kuning telur ayam, maka
diberikan sebanyak 20% berat badannya.
Tapi jika menggunakan pakan berupa ikan sidat cukup 5% saja.
Suhu air selama pemeliharaan tukik
dipertahankan 32ºC, sehingga merangsang nafsu makan dan mempercepat
pertumbuhan. Pemeliharaan dalam kolampendederan
berlangsung selama 30 hari, dan selanjutnya dipindah ke kolam pembesaran.
4. Kolam Pembesaran
Konstruksi kolam pembesaran sama seperti kolam
pemijahan, tapi ditambah dengan tempat bertelur. Luasnya 700-1200 m² dengan kedalaman 70-100
m. Pembesaran ini dilakukan dengan padat
tebar 10 ekor/m². Untuk mencapai ukuran
konsumsi (berat 500 gram/ekor) diperlukan lama pemeliharaan selama 8 bulan.
Suhu air yang dikehendaki selama pemeliharaan
sekitar 26-30ºC. Pakan yang diberikan
berupa ikan rucah dicampur bungkil jagung/kedelai. Boleh juga ikan sidat. Jumlah pakan 5% bobot badannya, diberikan 1 –
3 kali/hari. Bulus dipanen dengan menggunakan
jaring atau ditangkap dengan tangan setelah airnya dikuras.
** diolah dari berbagai sumber.
Terimakasih infonya https://bit.ly/2CIAUBJ
BalasHapus