Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Selasa, 07 Juli 2015

Labi-Labi Komoditi Yang Terlupakan

Labi-Labi Komoditi Yang Terlupakan



PENDAHULUAN
Bulus atau labi-labi (Tryonix sp) merupakan sejenis kura-kura yang sangat potensial dijadikan salah satu komoditas perikanan di Indonesia, dagingnya lezat dan dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan. Negara-negara di Asia Timur seperti Jepang, Cina Hongkong banyak mengimpor bulus dari Indonesia, para eksportir selama ini mengandalkan hasil tangkapan dari alam, padahal budidaya bulus relatif mudah dilakukan dan cukup feasible.

KEBIASAAN HIDUP
Spesies bulus yang dibudidayakan adalah Tryonix cartilageneus (The Black Rayed Soft-shell).  Spesies ini berukuran besar, panjangnya mencapai 70 cm, moncongnya lebih panjang dari diameter matanya, warna tempurungnya bervariasi.  Pada bulus muda, tempurung berwarna hijau pupus, dengan garis hitam lebar yang menyebar.  Seluruh permukaan tempurung berbintik-bintik kuning dan terdapat 1 – 2 bintik hitam tak beraturan dengan lingkaran luar kuning. 
Cangkang bagian bawah putih keabu-abuan.  Kepalanya coklat gelap atau abu-abu, dengan bintik-bintik kuning yang banyak sekali.  Bulus hidup di rawa-rawa, danau, sungai dan dapat pula hidup di kolam dengan suhu air 25-30 ºC.  Habitat yang digemari adalah perairan tergenang dengan dasar perairan lumpur berpasir, terdapat batu-batuan dan tidak terlalu dalam.


Salah satu kegemarannya adalah berjemur diatas bebatuan, bulus menyukai perairan yang banyak dihuni hewan air (molusca, ikan, krustacea dan lain-lain) atau perairan yang permukaaannnya ditumbuhi tanaman air (enceng gondok, salvinia, terarai dan sebagainya).
Bulus berkembangbiak dengan bertelur (ovipar), alat reproduksi berupa penis yang terletak pada dinding ventral rotodenum. Jantan dan betina gampang dibedakan yaitu dengan melihat bentuk ekornya.  Pada jantan, ekornya memanjang sehingga bagian ujungnya bisa terlihat dari luar cangkang, pada betina, bentuk ekor lebih pendek sehingga tidak tampak dari luar cangkang.
Kematangan kelamin terjadi pada Mei dan Juni, saat temperatur air berkisar 20ºC.  Ketika akan bertelur, bulus akan menggali lubang sedalam 20 cm, dengan dua kaki belakangnya.  Lubang tersebut digunakan untuk menyimpan telur-telur yang baru dikeluarkan.  Sebelum induknya kembali ke air, lubang ditutup kembali dengan pasir.



Bulus bertelur 3-4 kali dalam setahun, dengan interval 2-3 minggu.  Telur berbentuk bulat, berwarna putih kekuningan atau krem dengan garis tengah sekitar 1,5-2 cm.


TEKNIK BUDIDAYA
Ada 4 (empat) hal utama yang perlu disediakan dalam pemeliharaan belut, yaitu kolam pemijahan, kolam pendederan, kolam pembesaran, dan mesin penetas.

1.   Kolam Pemijahan
Lokasi kolam harus terbuka, tidak terlindung pohon/bangunan sehingga sinar matahari tidak terhalang, bagian dasar kolam diberi pasir, sedangkan dinding pematang kolam dibuat miring, berfungsi sebagai tempat labi-labi berjemur dan tempat meletakkan makanan.  Tinggi pematang 100-150 cm dan dilengkapi dengan bibir sepanjang 12 cm.
Salah satu sudut kolam pemijahan dibuat kandang tempat bertelur.  Luas kolam sekitar 700-1000 m², dengan kedalaman 40-80 cm.
Induk harus diseleksi dengan syarat sebagai berikut : sehat, tidak cacat, tidak bergerak, berat badan 1 kg.  Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 4, dengan padat penebaran tidak lebih dari 5 ekor/m².  Pakan yang diberikan berupa ikan rucah, udang air tawar, ketam, kodok, siput air dan cacing tanah.  Jumlah pakan untuk setiap ekor adalah 10-20% dari berat badannya.  Pakan diberikan dua kali, pagi dan sore.

2.   Penetasan
Bulus bertelur pada malam hari, sedangkan pengambilan telur dilakukan keesokan harinya.  Telur diseleksi terlebih dahulu, telur-telur yang telah diseleksi ditempatkan kedalam mesin penetas.  Suhu penetasan sekitar 30 ºC, kelembaban diatur dengan cara menyemprotkan air secukupnya tiap hari. 
Telur bulus biasanya akan menetas setelah 45-60 hari, benih yang baru menetas secara naluri akan mencari air.

3.   Kolam Pendederan
Kolam pendederan diperuntukkan bagi anak-anak bulus atau tukik.  Kolam ini bisa dibuat dari beton yang dilengkapi pelindung dari plastik dengan kerangka kayu.  Luas kolam 10-60 m², dengan kedalaman 40-50 cm.
Disekeliling kolam ditempatkan shelter (berupa papan atau tumbuhan air) sebagai tempat bertengger atau berjemur.  Pakan berupa cacing tubifek dan udang giling.  Jumlah pakan sebanyak 10% dari bobot badannya, dan diberikan dua kali dalam sehari.  Apabila pakan berupa ikan giling atau rebusan kuning telur ayam, maka diberikan sebanyak 20% berat badannya.  Tapi jika menggunakan pakan berupa ikan sidat cukup 5% saja.

Suhu air selama pemeliharaan tukik dipertahankan 32ºC, sehingga merangsang nafsu makan dan mempercepat pertumbuhan.  Pemeliharaan dalam kolampendederan berlangsung selama 30 hari, dan selanjutnya dipindah ke kolam pembesaran.
4.   Kolam Pembesaran
Konstruksi kolam pembesaran sama seperti kolam pemijahan, tapi ditambah dengan tempat bertelur.  Luasnya 700-1200 m² dengan kedalaman 70-100 m.  Pembesaran ini dilakukan dengan padat tebar 10 ekor/m².  Untuk mencapai ukuran konsumsi (berat 500 gram/ekor) diperlukan lama pemeliharaan selama 8 bulan.
Suhu air yang dikehendaki selama pemeliharaan sekitar 26-30ºC.  Pakan yang diberikan berupa ikan rucah dicampur bungkil jagung/kedelai.  Boleh juga ikan sidat.  Jumlah pakan 5% bobot badannya, diberikan 1 – 3 kali/hari.  Bulus dipanen dengan menggunakan jaring atau ditangkap dengan tangan setelah airnya dikuras.


** diolah dari berbagai sumber.

1 komentar: