Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Kamis, 13 Agustus 2015

Zero Water Discharge Technology

Zero Water Discharge Technology




Bakteri nitrifikasi sejak lama dipakai petambak udang untuk mengurangi amonia dalam menjaga kualitas air, maklum amonia dapat meracuni udang dan mencemari lingkungan. Menurut Kepala Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee di Nanggroe Aceh Darussalam, bakteri nitrifikasi itu sengaja ditebar untuk mengurangi amonia yang terbentuk dari perombakan sisa pakan dan kotoran menjadi nitrat. Nitrat tidak beracun, saat terbentuk nitrat, oksigen mudah masuk ke air, dampaknya nafsu makan udang meningkat.
Bakteri nitrifikasi tidak langsung ditebar di kolam, ia menaruh dalam potongan karpet yang disusun menyerupai karamba. Total terdapat 2 karpet bakteri yang masing-masing berukuran 1m x 1m x 60cm di kolam seluas 10 m2. Dengan adanya bakteri nitrifikasi, sampai panen air kolam tetap jernih. Tingkat kelulusan hidup Microbrachium rosenbergii pun melesat sampai 95%. Karpet menjadi tempat tinggal nyaman bakteri sehingga dapat berkembang biak cepat. Media dengan bahan tekstil berpolimer apa saja dapat dipakai untuk tempat tumbuh bakteri. Karpet dipilih karena tebal sehingga ruang sembunyi bakteri luas. Hasilnya perombakan amonia terus berlangsung dan kualitas air terjaga meski berbulan-bulan tidak diganti, temuan ini dinamakan Zero Water Discharge Technology.



Pemakaian karpet dapat memperluas bidang gerak dan udang pun dapat memanfaatkan panjang permukaan sebagai tempat tinggal. Bila moulting alias ganti kulit udang tinggal bersembunyi pada rooster bata yang ditaruh didasar kolam. Dengan cara itu, kanibalisme salah satu penyebab anjloknya produksi udang dapat ditekan. Setelah panen selesai, air di kolam masih dapat dipakai lagi dengan cara resirkulasi. Kualitas air hasil resirkulasi akan tetap terjaga dengan menambahkan batu kapur yang mengandung kalsium karbonat sebagai filter. Filter diletakan di samping kolam, bersihkan karpet dari kotoran berwarna cokelat, kotoran itu adalah sisa pakan dan kotoran yang belum sempat dirombak bakteri. Karpet cukup dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih sampai lapisan kotoran itu hilang, bakteri sendiri tidak perlu ditambah, karena bakteri sudah berkembang biak di kolam dan akan kembali menempel pada karpet.

Bakteri nitrifikasi yang dibiakan di atas sebaiknya diambil dari perairan di lokasi budidaya, karena setiap daerah memiliki karakteristik bakteri nitrifikasi berbeda. Bakteri itu dikultur dalam media agar dan diinkubasi selama 3 hari pada suhu 250C. Keberhasilan penggunaan karpet bakteri itu sebelumnya telah teruji pada pembenihan, selama ini tingkat kelulusan benih udang galah sangat rendah paling pol sekitar 40-50% itupun sudah ketat menjaga stabilitas dan kualitas air. Dengan penambahan karpet bakteri ini kelulusan hidup benih naik hingga 94,67%.
Bentuk karpet bakteri benih lebih sederhana daripada pembesaran, setiap akuarium disekat oleh 4 potongan karpet yang berdiri tegak. Kerja karpet bakteri itu sama seperti pada tahap pembesaran. Sebelum udang masuk ke akuarium, karpet terlebih dahulu direndam selama 24 jam. Saat perendaman air, diberikan 10-30 ppm NH4CL sebagai sumber pakan bakteri, dari sana akan terlihat kemampuan bakteri merombak sisa pakan dan kotoran. Keesokan harinya, 100% air akuarium dikuras lalu dituang air baru yang sebelumnya telah diinapkan selama 24 jam. Setelah itu karpet dan larva dapat bersamaan mengisi akuarium. Penggunaan karpet berisi bakteri nitrifikasi sangat signifikan meningkatkan produksi dan tingkat kelulusan hidup benih udang galah. 


Sumber : Majalah trubus Edisi 483-Februari 2010/XLI

(Artikel : Udang galah : karpet bakteri genjot produksi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar