Zero Water
Discharge Technology
Bakteri nitrifikasi sejak lama dipakai petambak udang untuk mengurangi
amonia dalam menjaga kualitas air, maklum amonia dapat meracuni udang dan
mencemari lingkungan. Menurut Kepala Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee di
Nanggroe Aceh Darussalam, bakteri nitrifikasi itu sengaja ditebar untuk
mengurangi amonia yang terbentuk dari perombakan sisa pakan dan kotoran menjadi
nitrat. Nitrat tidak beracun, saat terbentuk nitrat, oksigen mudah masuk ke
air, dampaknya nafsu makan udang meningkat.
Bakteri nitrifikasi tidak langsung ditebar di kolam, ia menaruh dalam
potongan karpet yang disusun menyerupai karamba. Total terdapat 2 karpet
bakteri yang masing-masing berukuran 1m x 1m x 60cm di kolam seluas 10 m2.
Dengan adanya bakteri nitrifikasi, sampai panen air kolam tetap jernih. Tingkat
kelulusan hidup Microbrachium rosenbergii
pun melesat sampai 95%. Karpet menjadi tempat tinggal nyaman bakteri sehingga
dapat berkembang biak cepat. Media dengan bahan tekstil berpolimer apa saja
dapat dipakai untuk tempat tumbuh bakteri. Karpet dipilih karena tebal sehingga
ruang sembunyi bakteri luas. Hasilnya perombakan amonia terus berlangsung dan
kualitas air terjaga meski berbulan-bulan tidak diganti, temuan ini dinamakan Zero Water Discharge Technology.
Pemakaian karpet dapat memperluas bidang gerak dan udang pun dapat
memanfaatkan panjang permukaan sebagai tempat tinggal. Bila moulting alias
ganti kulit udang tinggal bersembunyi pada rooster bata yang ditaruh didasar
kolam. Dengan cara itu, kanibalisme salah satu penyebab anjloknya produksi
udang dapat ditekan. Setelah panen selesai, air di kolam masih dapat dipakai
lagi dengan cara resirkulasi. Kualitas air hasil resirkulasi akan tetap terjaga
dengan menambahkan batu kapur yang mengandung kalsium karbonat sebagai filter.
Filter diletakan di samping kolam, bersihkan karpet dari kotoran berwarna
cokelat, kotoran itu adalah sisa pakan dan kotoran yang belum sempat dirombak
bakteri. Karpet cukup dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih sampai
lapisan kotoran itu hilang, bakteri sendiri tidak perlu ditambah, karena
bakteri sudah berkembang biak di kolam dan akan kembali menempel pada karpet.
Bakteri nitrifikasi yang dibiakan di atas sebaiknya diambil dari
perairan di lokasi budidaya, karena setiap daerah memiliki karakteristik bakteri
nitrifikasi berbeda. Bakteri itu dikultur dalam media agar dan diinkubasi
selama 3 hari pada suhu 250C. Keberhasilan penggunaan karpet bakteri
itu sebelumnya telah teruji pada pembenihan, selama ini tingkat kelulusan benih
udang galah sangat rendah paling pol sekitar 40-50% itupun sudah ketat menjaga
stabilitas dan kualitas air. Dengan penambahan karpet bakteri ini kelulusan
hidup benih naik hingga 94,67%.
Bentuk karpet
bakteri benih lebih sederhana daripada pembesaran, setiap akuarium disekat oleh
4 potongan karpet yang berdiri tegak. Kerja karpet bakteri itu sama seperti
pada tahap pembesaran. Sebelum udang masuk ke akuarium, karpet terlebih dahulu
direndam selama 24 jam. Saat perendaman air, diberikan 10-30 ppm NH4CL
sebagai sumber pakan bakteri, dari sana akan terlihat kemampuan bakteri
merombak sisa pakan dan kotoran. Keesokan harinya, 100% air akuarium dikuras
lalu dituang air baru yang sebelumnya telah diinapkan selama 24 jam. Setelah
itu karpet dan larva dapat bersamaan mengisi akuarium. Penggunaan karpet berisi
bakteri nitrifikasi sangat signifikan
meningkatkan produksi dan tingkat kelulusan hidup benih udang galah.
Sumber : Majalah trubus Edisi 483-Februari 2010/XLI
(Artikel
: Udang galah : karpet bakteri genjot produksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar