Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Minggu, 27 April 2014

Mengenal Penyakit Ice-Ice Pada Budidaya Rumput Laut





Penyakit ice-ice merupakan salah satu penyebab kegagalan budidaya rumput laut. Adapun tanda-tanda atau ciri-ciri timbulnya penyakit ini yakni tanaman tampak memutih. Mula-mula terdapat bintik putih pada ujung talus kemudian diikuti dengan pemutihan pada seluruh tanaman rumput laut, akhirnya terjadi pembusukan dan  pemutusan talus yang dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kematian (Anggadiredja,1996).
Berkaitan dengan penyakit pada rumput laut, maka beberapa mikroorganisme yang bersifat parasit terhadap alga laut, yakni Olpidium, Rozella, Lagenidium (Alexopoulus dan Charles, 1979);  Chadefaudia, Phycomelaina dan Turgidusculum (Moss, 1986); Achromobacter, Acinetobacter, Flavobacterium, Moracella, Pseudomonas dan Vibrio (Austin, 1993).  Penelitian Tokan (2006) menunjukkan bahwa dalam talus rumput laut yang berpenyakit ice-iceditemukan beberapa mikroorganisme antara lain Pseudomonas, Achynetobacter, Halococcus dan Chytridium. Berdasarkan jumlah sel dan resistensinya terhadap antibiotika, maka diduga Pseudomonas sp merupakan penyebab penyakit ice-ice.
Walaupun penyebab pasti penyakit ice-ice belum dapat ditentukan, namun demikian, Semangun (2001) menjelaskan bahwa penyakit hanya akan terjadi jika pada suatu waktu di suatu tempat terdapat (1) tumbuhan yang rentan, (2) patogen yang virulen, dan (3) lingkungan yang sesuai. Penyakit ice-ice juga erat kaitannya dengan ke tiga faktor ini. Kualitas lingkungan perairan yang tidak sesuai dengan baku mutu, kualitas benih rumput laut yang jelek atau rumput laut sendiri bersifat rentan terhadap penyakit serta adanya patogen pada lokasi budidaya merupakan faktor-faktor yang berperan dalam munculnya penyakit ice-ice.

Penyebab : Faktor lingkungan dan beberapa jenis bakteri seperti : Pseudoalteromonas gracilis, Pseudomonas spp.. dan Vibrio spp.

Bio – Ekologi Patogen :
  • Kasus ice-ice pada budidaya rumput laut dipicu oleh fluktuasi parameter kualitas air yang ekstrim (kadar garam, suhu air, bahan organik terlarut dan intensitas cahaya matahari).
  • Pemicu lain adalah serangan hama seperti ikan baronang, penyu hijau, bulu babi dan bintang laut menyebabkan luka pada thallus, sehingga mudah terinfeksi oleh mikroorganisme.
  • Pada keadaan stress, rumput laut akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah di sekitarnya.
  • Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya, mudah patah, dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri penyakit ice-ice.
  • Penyebaran penyakit ini dapat terjadi secara vertikal (dari bibit) atau horizontal melalui perantaraan air.
Gejala klinis :
  • Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik / bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah putus.
  • Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat. terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang thallus menjadi putih dan membusuk.
Diagnosa :
  • Pengamatan secara visual dan mikrobiologis.
Pengendalian :
  • Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian penyakit ice-ice.
  • Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara dicelupkan pada larutan PK (potasium permanganat) dengan dosis 20 ppm
  • Pemilihan lokasi budidaya yang memenuhi persyaratan optimum bagi pertumbuhan rumput laut.
  • Penerapan teknik budidaya yang disesuaikan dengan lingkungan perairan
  • Memperhatikan musim dalam kaitannya dengan teknik budidaya yang hendak diterapkan.



diolah dari berbagai sumber, 2014.

Sabtu, 26 April 2014

Panen dan Pasca Panen Rumput Laut

PANEN DAN PASCA PANEN RUMPUT LAUT


Gambar 1. Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii Sistem Long Line 

PANEN
                Panen dapat dilakukan dengan cara memotong sebagian tanaman. Panen  dengan cara ini mempunyai keuntungan, yaitu menghemat tali pengikat bibit, namun cara ini memerlukan waktu kerja yang lebih lama. Sisa-sisa tanaman thallus yang tua akan menyebabkan pertumbuhan lambat, sehingga kandungan karaginan dari hasil panen berikutnya cenderung lebih rendah. Pemotongan tanaman sebaiknya dilakukan dengan alat potong yang tajam dan steril agar pada bekas potongan sisa tanaman tersebut dapat tumbuh percabangan baru dengan baik.
                Cara panen dengan mengangkat seluruh tanaman akan memerlukan waktu kerja lebih singkat. Pelepasan tanaman dari tali ris dilakukan saat di darat. keuntungan panen dengan cara ini, yaitu dapat melakukan pengikatan kembali bibit rumput laut dengan memilih bagian dari tanaman yang masih muda dengan laju pertumbuhan yang tinggi, sehingga kandungan karaginan yang dihasilkan pada panen berikutnya akan relatif lebih tinggi.
  
Gambar 2. Panen rumput laut 
 
Gambar 3.  Pengangkutan rumput lautke darat

PENANGANAN HASIL PANEN
                Jika panen dilakukan pada cuaca yang cerah, maka kualitas rumput laut akan terjamin, sebaliknya jika panen pada saat cuaca mendung akan mengakibatkan fermentasi sehingga mutunya menurun. Oleh karena itu rumput laut kering sangat ditentukan dari cara penanganan pasca panen
                Rumput laut yang panen langsung dikeringkan dibawah terik sinar matahari langsung, diletakan diatas para-para atau dialas agar hasil panen tersebut nantinya tidak akan tercampur dengan pasir dan tanah atau benda asing lainnya. Dalam keadaan cuaca baik biasanya pengeringan akan berlangsung selama 2-3 hari dengan kadar air 30-35%. Disamping itu juga dilakukan kegiatan sortasi dan membersihkan rumput laut dari benda asing yang menempel, seperti Hypnea, Sargasum, Ulva dll. Pasir dan garam akan terpisah melalui pengayakan, yaitu setelah selesainya proses pengeringan. Ciri atau warna rumput laut yang sudah kering adalah ungu keputihan dilapisi kristal garam. Setelah kering disimpan dalam gudang yang tidak lembab, hasil pengeringan cara ini disebut kering asahan.
                Pengeringan rumput laut dgn fermentasi dilakukan dengan membersihkan rumput laut terlebih dahulu, kemudian dibungkus dengan plastik dan direndam atau dijemur 2-3 hari sehingga menjadi putih transparan. Selanjutnya dikeluarkan dan dijemur diatas para-para atau alas selama 3-4 hari sampai warna putih krem dilapisi kristal garam dengan kadar air 20-25%. Setelah kering disimpan dalam gudang yang tidak lembab, hasil ini disebut kering putih.
                Sedangkan pengolahan pasca panen rumput laut yang dicuci dulu dengan air tawar sebelum dijemur adalah dengan menjemur selama 1-2 hari, dicuci kembali dengan air tawar untuk melarutkan kadar garam, kemudian dijemur kembali 1-2 hari sampai berwarna putih. Jika masih belum putih dilakukan pencucian ulang dan dijemur 1-2 hari sehingga warna putih kekuningan dengan kadar air 15-20%, baru disimpan dalam gudang yang tidak lembab.

Gambar 4. Jenis rumput laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi

           
 TEKNOLOGI PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN
                Penanganan pasca panen menentukan mutu rumput laut yang dihasilkan sebagai bahan baku untuk pengolahan. Kegiatan ini harus dilakukan secara seksama mulai dari cara pemanenan, pencucian, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan. Saat panen rumput laut harus cukup umur sesuai dengan jenisnya, pencucian harus menghasilkan tingkat kebersihan yang memenuhi standar seperti kadar garam dan kandungan kotoran yang rendah. Pengeringan harus dapat mencapai kadar air yang cukup rendah. Berdasarkan SNI kadar air maksimum untuk Eucheuma 35%, Gelidium 15%, Gracilaria 25% serta kadar kotoran yang tidak melebihi 5%. Penyusutan rumput laut dari basah ke kering adalan sekitar 10:1.


Faktor Penting Pasca Panen Rumput Laut
                Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar memperoleh kualitas produk rumput laut yang memenuhi standar adalah sebagai berikut :
1.      Pemanenan
Gracilaria dipanen setelah umur 90 hari, panen berikutnya setelah umur 60 hari. Eucheuma dipanen setelah umur 45 hari. Sargasum dipanen setelah panjang thallus diatas 50 cm.
Gambar 5. Pengkutan rumput laut
2.      Sortasi
Dilakukan untuk menghilangkan kotoran lain seperti karang, lumpur dan benda asing lainnya.

Gambar 6. Sortasi rumput laut yang telah dipanen

3.      Pencucian
Bertujuan menghilangkan kotoran lumpur dan garam yang menempel. Pencucian dilakukan setelah panen atau setelah dikeringkan. Eucheuma dilakukan dengan merendam larutan alkali KOH 0,5-3% selama 2-3 jam, sedangkan Gracilaria cukup dengan air tawar.

4.     Pengeringan
Penjemuran ditempat terbuka agar cukup mendapatkan sinar matahari dan angin. Pengeringan dilakukan sampai kadar air memenuhi standar masing-masing jenis rumput laut.

Gambar 7. Penjemuran rumput laut

5.      Pengemasan dan Penyimpanan
Rumput laut yang sudah kering disimpan dalam karung  dan diberi label, penyimpanan di dalam gudang yang tidak lembab.

Gambar 8. Penyimpanan rumput laut kering


Oleh : Herman Setiawan, S.Pi (Koord. Penyuluh Perikanan Kab. Bangka Selatan)
Sumber :  Balai Besar Pengembangan Budidaya  Air Payau









Kamis, 24 April 2014

Format Laporan Bulanan Bagi Pendamping Desa P2KP Tahun 2014




LAPORAN PENDAMPING P2KP DESA __________ KEC. ___________
BULAN  _________ 2014







 









Disusun Oleh :

Nama _____________
NIP. __________________













BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN
BANGKA SELATAN
2014





















































LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KEBUN SEKOLAH
PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PAGAN (P2KP) TAHUN 2014

Nama Pendamping P2KP :
Nama Sekolah                :
Pelaksanaan Bulan          :

No
Hari & Tanggal
Kegiatan
Lokasi
Materi
Hasil/ Capaian
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)




























Lokasi P2KP, (Tgl-Bln-Thn)




PENDAMPING P2KP _____________




Nama Pendamping P2KP

Mengetahui :
Kepala Sekolah _____________


- TTD & STEMPEL -
_________________________
(Nama & NIP)














LAPORAN PELAKSANAAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PAGAN (P2KP) TAHUN 2014


Nama Pendamping P2KP :
Lokasi P2KP                   :
Pelaksanaan Bulan          :

No
Pelaksanaan P2KP
Hari & Tanggal
Kegiatan
Materi
Permasalahan/ Kendala
Hasil/ Capaian
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Pengembangan Kebun Bibit Desa



















2
Pengembangan Kebun Anggota (KRPL)


















3
Pengembangan Kebun Kelompok/ Demplot


















4
Pengembangan Menu B2SA
















Lokasi P2KP, (Tgl-Bln-Thn)




PENDAMPING P2KP _____________



Nama Pendamping P2KP

Mengetahui :
Ketua Kelompok Wanita Tani _____________
Desa ______ Kec. _________

- TTD & STEMPEL -
_________________________
(Nama)