KEMUNDURAN MUTU IKAN DAN TEKNIK
PENANGANANNYA
Ikan yang
dikonsumsi tubuh manusia sesungguhnya bermanfaat sebagai sumber energi yang
dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari, membantu pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh, serta untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kecerdasan. Dari berbagai
penelitian menunjukkan bahwa ikan mengandung asam lemak OMEGA – 3
yang didalamnya terkandung EPA (Eicosapentaenoat acid) dan
DNA(Docosahexaenoat add). OMEGA – 3 dikenal sebagai obat yang dapat menjaga dan
menurunkan kolesterol. Namun demikian ikan seperti halnya juga komoditas pangan
memiliki sifat mudah mengalami kerusakan (perisable). Hal ini karena ikan secara
alami mengandung komponen gizi seperti lemak, protein, karbohidrat dan air yang
sangat disukai oleh mikroba perusak.
Proses
Kemunduran Mutu
Ikan
umumnya diperdagangankan baik dalam keadaan sudah mati maupun dalam kondisi
masih hidup dalam air. Pada kondisi hidup tentu saja ikan bukan merupakan
masalah, sebaliknya dalam kondisi mati ikan akan segara mengalami kemunduran
mutu. Pada ikan yang mati, akan segera terjadi perubahan-perubahan yang mengarah
pada terjadinya pembusukan, perubahan tersebut terutama disebabkan oleh adanya
aktivitas enzim, kimiawi dan bakteri.
Enzim yang
terkandung dalam tubuh ikan akan merombak bagian-bagian tubuh ikan
mengakibatkan perubahan rasa (flavour), bau (odor), rupa (appearance) dan
tekstur (texture), adapun bau tengik (rancid) timbul karena daging yang
bersentuhan dengan oksigen udara.
Kerusakan
komponen-komonen dalam tubuh ikan oleh aktivitas enzim dan aktivitas kimia akan
memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan mengingat kondisi tersebut sangat
cocok bagi tumbuh kembang bakteri. Faktanya proses kemunduran mutu berlansung
sangat kompleks, sehingga sukar untuk diadakan pengolahan karena satu dengan
lainnya saling kait mengait, dan bekerja secara simultan.
Ikan yang
memiliki gerakan cepat bila terkena alat tangkap akan lebih cepat memasuki
rigor-mortis dan busuk. Mengapa ? karena gerakan-gerakan tersebut mengakibatkan
tegoresnya pusat konsentrasi ikan dan itu berarti memberi ruang bakteri untuk
menyerang. Ikan dengan karakter ini seperti gabus, tongkol dan tenggiri. Ikan-ikan yang berukuran kecil akan membusuk
lebih cepat dari pada ikan besar. Ini dimungkinkan karena komposisi
kimianya.selain itu keadaan udara yang panas, berawan atau hujan, laut yang
banyak bergelombang juga akan mempengaruhi mutu ikan.
Teknik
Mempertahankan mutu
Mengingat
pembusukan ikan muncul karena aktivitas enzim dan bakteri maka dengan
berpedoman pada dua factor penyebab tersebut harus dilakukan tindakan untuk
pencegahannya memalui penghambatan kegiatan enzim dan bakteri serta
perlindungan ikan dari kontaminasi bakteri. Prinsip
yang harus dipegang selama penanganan ikan basah baik untuk konsumsi segar
maupun untuk bahan mentah pabrik pengolahan adalah :
Ø Bekerja dgn cepat, tepat & cermat
untuk menghindari kerusakan fisik ikan.
Ø Mempertahankan suhu pusat ikan hingga 0
0C (pendinginan) 18 0C (pembekuan) selama rantai
penanganan hingga diterima oleh konsumen atau pabrik pengolahan
Ø Selalu bekerja dalam suasana bersih
(factor sanitasi dan hygiene).
Prinsip penting mengingat bahan mentah yang nantinya
akan dimakan oleh manusia harus mempunyai mutu, kesegaran dan kemurnian yang
baik. Selain itu tingkat kesegarannya (freshnes) akan menentukan harga dan
lamanya ikan itu disimpan (shelf life). Untuk mempertahankan suhu pusat ikan
dan memperpanjang umur simpannnya air dan es merupakan bahan pembantu yang
sangat penting dan selalu diperlukan. Dengan demikian air yang dipakai harus
bersih.
Secara
alami pembusukan ikan sesungguhnya tidak dapat dicegah atau dihindari. Kemajuan
teknologi manusia baru mampu memperlambat atau menunda proses pembusukan itu. Setelah mati, ikan akan mengalami
perubahan-perubahan berupa Hyperaemia, Rigor mortis, Autolystis dan
Dekomposisis Bakteri. Hyperaemia ditandai dengan proses terlepasnya lendir dari
kelenjar-kelenjar di dalam kulit, membentuk lapisan bening yang tebal di
sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir muncul akibat
reaksi khas suatu organisme yang baru dan lendir itu terdiri dari glukoprotein
dan menjadi substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
Perubahan
berikutnya adalah fase mengejangnya tubuh ikan. Kekejangan ini disebabkan
organ-organ yang terdapat dalam tubuh ikan berkontraksi akibat adanya reaksi
kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Fase ini lebih dikenal
dengan istilah Rigor Mortis.
Kekejangan ini sifatnya sementara karena akan
disusul dengan melemasnya daging ikan kembali (Autolyslic). Kondisi lembeknya
daging ikan merupakan hasil dari aktivitas enzim yang semakin meningkat
sehingga terjadi pemecahan daging ikan. Lembeknya daging berakibat pada bakteri
dalam jumlah banyak dan membuat ikan cepat rusak. Fase ini disebut dengan
istilah bacterial decomposition. Bakteri yang umum dijumpai pada fase ini
adalah Preudomonas, Pchromobacter, Terratia, dan Elostridium. Bakteri-bakteri
tersebut tidak menggangu selama ikan masih dalam keadaan segar namun ketika
ikan mati suhu badan ikan menjadi naik dan mengakibatkan bakteri-bakteri
tersebut akan menyerang serta merusak jaringan-jaringan tubuh ikan mulai dari
pusat konsentrasi (insang, selaput lendir, isi perut) lalu menerobos ke bagian
daging ikan sehingga ikan lama-kelamaan menjadi berubah komposisi dagingnya dan
jadilah ikan busuk.
Faktor
yang Mempengaruhi Mutu Ikan
Kemunduran
mutu ikan dipengaruhi oleh cara penangkapan, reaksi ikan menghadapi kematian,
jenis dan ukuran ikan, serta cuaca. Penangkapan ikan menggunakan trawl Pole dan
line, akan lebih baik dalam memperpanjang mutu ikan dibandingkan dengan yang
ditangkap dengan gill-net, long-line. Hal ini karena pada alat pertama ikan
yang tertangkap segera ditarik ke atas sedangkan pada peralatan kedua ikan
dibiarkan terendam agak lama di dalam air.
Teknik
penanganan ikan agar tehindar dari pembusukan dilakukan dengan cara-cara
berikut :
ü Menurunkan suhu, diupayakan dengan
pemberian es, penyimpanan dalam suhu chilling dan pembekuan.
ü Hampa udara, teknik ini dengan
pengalengan, pembotolan, melalui proses pemanasan
ü Dengan cara pengeringan, penggaraman,
penggulaan dan pengasapan.
Secara kimiawi melalui pengasapan dan
pengawetan
ü Lingkungan : langkah ini ditempuh dengan cara menjauhkan
dari keadaan lingkungan yang kotor dan terkontaminasi dari bahan-bahan yang
dapat menyebabkan ikan tersebut tercemar.
Pada
dasarnya langkah-langkah diatas adalah upaya yang telah umum dilakukan oleh
masyarakat dalam memperlambat pembusukan ikan. Yang terpenting dari keseluruhan
itu adalah memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga mutu dan
menghindarkan praktik-praktik kotor mengebalui konsumen seperti menggunakan
pengawet yang berbahaya.