Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Rabu, 04 April 2018

Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan
Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Ikan mas mempunyai peranan sangat penting sebagai penyedia protein hewani yang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan karena pemeliharaannya mudah, daya tumbuhkembangnya cepat, harganyapun terjangkau oleh masyarakat serta mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan gizi masyarakat. Salah satu usaha dalam peningkatan produksi hasil panen ikan adalah penyediaan bahan baku pakan berkualitas, yang sampai saat ini masih mengandalkan impor terutama bungkil kedelai, tepung ikan, bahkan jagung. Usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku pakan adalah mencari alternatif bahan baku yang berkualitas cukup baik, murah, mudah didapat, dapat menekan biaya pakan sehingga mampu meningkatkan efesiensi usaha.

Salah satu bahan pakan alternatif sumber protein nabati adalah bungkil inti sawit (BIS), yang merupakan hasil ikutan (by product) industri pengolahan kelapa sawit (palm Kernel Cake). Melihat kenyataan BIS berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan dengan kandungan protein kasar bungkilinti sawit 15,43%, kendala yang dihadapi jika pemanfaatannya secara langsung nilai biologis protein rendah. Untuk mengatasi masalah ini perlu dikaji tentang pengolahan BIS yang dapat meningkatkan daya guna proteinnya sehingga pemanfaatannya dalam pakan maksimal. Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna protein dan nilai manfaat bungkil inti sawit dengan pendekatan bioteknologi melalui fermentasi dengan kapang Rhizopus oligosporus, sehingga bungkil inti sawit fermentasi mempunyai nilai tambah yang prospektif sebagai bahan baku pakan yang bernilai tinggi.


Fermentasi merupakan suatu proses yang terjadi melalui kerja mikroorganisme atau enzim untuk mengubah bahan organik kompleks seperti protein, lemak, dan karbohidrat menjadi molekul yang lebih sederhana. Hasil fermentasi diantaranya akan mempunyai nilai gizi yang tinggi yaitu mengubah bahan makanan yang sulit dicerna menjadi mudah dicerna dan menghasilkan aroma serta flavor yang khas. Salah satu kapang yang biasa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai gizi bahan pakan terutama kandungan proteinnya adalah kapang Rhizopus oligosporus.   

Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian untuk melihat tingkat penggunaan produk bungkil inti sawit yag sudah diperbaiki kualitasnya melalui teknologi fermentasi (BISF) sebagai campuran dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan mas dan untuk melihat level penggunaan produk BISF terbaik dalam pakan. Rataan konsumsi ransum, pertambahan berat badan, dan konversi pakan ikan mas disajikan pada tabel berikut ;
Tabel 1. Rataan Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan (PBB), dan Konversi Ikan Mas serta Income Over Feed Cost selama 60 hari.
Perlakuan
Konsumsi Pakan (g ekor-160 hari-1)
Pertambahan Berat Badan
(g ekor-160 hari-1)
Konversi
Intake Protein Ransum
Income Over Feed Cost
12% BIS
281.29 A
117.33 a
2.40
90.21 ns
344.87
15% BISF
295.41 B
128.93 b
2.31
94.68 ns
458.36
18% BISF
304.66 B
142.60 c
2.14
97.92 ns
558.93
21% BISF
271.54 A
114.18 d
2.39
86.42 ns
387.96

Pengaruh bungkil inti sawit fermentasi terhadap konsumsi pakan ikan mas (Cyprinus carpio)
Ransum yang mengandung BISF 18% mampu merangsang nafsu makan ikan bahkan lebih baik dibanding ikan yang memperoleh ransum kandungan 12% BIS tanpa fermentasi. Semakin tinggi pemakaian BISF semakin meningkat konsumsi ransum sampai pemakaian 18% BISF kemudian konsumsi menurun dengan pemakaian BISF 21% karena kandungan serat kasarransum 8.63%. penggunaan serat kasar dalam ransum tidak boleh dari 8% karena akan mengganggu proses pencernaan dan penyerapan zat makanan serta menurunkan kualitas pellet.

Pengaruh bungkil inti sawit fermentasi terhadap pertambahan berat badan ikan mas (Cyprinus carpio)
Rataan pertambahan berat badan ikan mas untuk setiap perlakuan mengalami kenaikan pada setiap pengamatan sampai pada pemakaian 18% BISF kemudian menurun pada pemakaian BISF 21%. Kenaikan tersebut dimungkinkan kondisi lingkungan dan ransum yang diberikan sudah cukup baik serta keseimbangan zat-zat makanan yang ada dalam ransum sudah memenuhi kebutuhan ikan.
Zat-zat makanan yang dibutuhkan ikan bila berada pada keadaan yang seimbang dan lengkap di samping meningkatkan kecepatan pertumbuhan ikan, juga berperan mengimbangi efek tekanan (fisiologis) dari terbatasnya ruang gerak ikan.

Pengaruh bungkil inti sawit fermentasi terhadap konversi ransum ikan mas (Cyprinus carpio)
Konversi ransum selama penelitian yang merupakan suatu penilaian secara teknis usaha pemberian ransum bagi ikan mas (tabel 1). Dari hasil analisis sidik ragam menunjukan tidak adanya pengaruh perlakuan terhadapa konversi pakan (P>0.05). semakin rendah faktor konversi ransum, makin efesien ikan memanfaatkan ransum yang dikonsumsi.

Pengaruh perlakuan terhadap income over feed cost
income over feed cost merupakan pendapatan dengan cara mengurangi penerimaan dengan biaya produksi untuk pakan. Pemberian pakan dengan pemakaian bungkil inti sawit fermentasi 18% memberikan IOFC tertinggi dibanding pakan lainnya (tabel 1), hal ini disebabkan oleh tingginya pertambahan berat badan ikan mas yang dicapai. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi dan konversi pakan yang lebih baik.


Sumber : Penelitian M. Amri berjudul Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L) dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Volume 9 No.1, 207, Hal. 71-76.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar