Pengaruh Bungkil
Inti Sawit Fermentasi dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas mempunyai
peranan sangat penting sebagai penyedia protein hewani yang memiliki potensi
yang sangat baik untuk dikembangkan karena pemeliharaannya mudah, daya
tumbuhkembangnya cepat, harganyapun terjangkau oleh masyarakat serta mempunyai
nilai gizi yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
gizi masyarakat. Salah satu usaha dalam peningkatan produksi hasil panen ikan
adalah penyediaan bahan baku pakan berkualitas, yang sampai saat ini masih
mengandalkan impor terutama bungkil kedelai, tepung ikan, bahkan jagung. Usaha
untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku pakan adalah mencari
alternatif bahan baku yang berkualitas cukup baik, murah, mudah didapat, dapat
menekan biaya pakan sehingga mampu meningkatkan efesiensi usaha.
Salah satu bahan
pakan alternatif sumber protein nabati adalah bungkil inti sawit (BIS), yang
merupakan hasil ikutan (by product) industri pengolahan kelapa sawit (palm
Kernel Cake). Melihat kenyataan BIS berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ikan dengan kandungan protein kasar bungkilinti sawit 15,43%, kendala
yang dihadapi jika pemanfaatannya secara langsung nilai biologis protein
rendah. Untuk mengatasi masalah ini perlu dikaji tentang pengolahan BIS yang
dapat meningkatkan daya guna proteinnya sehingga pemanfaatannya dalam pakan
maksimal. Salah satu cara untuk meningkatkan daya guna protein dan nilai
manfaat bungkil inti sawit dengan pendekatan bioteknologi melalui fermentasi
dengan kapang Rhizopus oligosporus, sehingga bungkil inti sawit fermentasi
mempunyai nilai tambah yang prospektif sebagai bahan baku pakan yang bernilai
tinggi.
Fermentasi merupakan
suatu proses yang terjadi melalui kerja mikroorganisme atau enzim untuk
mengubah bahan organik kompleks seperti protein, lemak, dan karbohidrat menjadi
molekul yang lebih sederhana. Hasil fermentasi diantaranya akan mempunyai nilai
gizi yang tinggi yaitu mengubah bahan makanan yang sulit dicerna menjadi mudah
dicerna dan menghasilkan aroma serta flavor yang khas. Salah satu kapang yang
biasa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai gizi bahan pakan terutama kandungan
proteinnya adalah kapang Rhizopus
oligosporus.
Berdasarkan uraian
diatas dilakukan penelitian untuk melihat tingkat penggunaan produk bungkil
inti sawit yag sudah diperbaiki kualitasnya melalui teknologi fermentasi (BISF)
sebagai campuran dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan mas dan untuk melihat
level penggunaan produk BISF terbaik dalam pakan. Rataan konsumsi ransum,
pertambahan berat badan, dan konversi pakan ikan mas disajikan pada tabel
berikut ;
Tabel 1. Rataan Konsumsi Pakan, Pertambahan Berat Badan (PBB), dan
Konversi Ikan Mas serta Income Over Feed
Cost selama 60 hari.
Perlakuan
|
Konsumsi Pakan (g ekor-160 hari-1)
|
Pertambahan Berat Badan
(g ekor-160
hari-1)
|
Konversi
|
Intake Protein Ransum
|
Income Over Feed Cost
|
12% BIS
|
281.29 A
|
117.33 a
|
2.40
|
90.21 ns
|
344.87
|
15% BISF
|
295.41 B
|
128.93 b
|
2.31
|
94.68 ns
|
458.36
|
18% BISF
|
304.66 B
|
142.60 c
|
2.14
|
97.92 ns
|
558.93
|
21% BISF
|
271.54 A
|
114.18 d
|
2.39
|
86.42 ns
|
387.96
|
Pengaruh bungkil
inti sawit fermentasi terhadap konsumsi pakan ikan mas (Cyprinus carpio)
Ransum yang
mengandung BISF 18% mampu merangsang nafsu makan ikan bahkan lebih baik
dibanding ikan yang memperoleh ransum kandungan 12% BIS tanpa fermentasi.
Semakin tinggi pemakaian BISF semakin meningkat konsumsi ransum sampai
pemakaian 18% BISF kemudian konsumsi menurun dengan pemakaian BISF 21% karena
kandungan serat kasarransum 8.63%. penggunaan serat kasar dalam ransum tidak
boleh dari 8% karena akan mengganggu proses pencernaan dan penyerapan zat
makanan serta menurunkan kualitas pellet.
Pengaruh bungkil
inti sawit fermentasi terhadap pertambahan berat badan ikan mas (Cyprinus carpio)
Rataan pertambahan
berat badan ikan mas untuk setiap perlakuan mengalami kenaikan pada setiap
pengamatan sampai pada pemakaian 18% BISF kemudian menurun pada pemakaian BISF
21%. Kenaikan tersebut dimungkinkan kondisi lingkungan dan ransum yang
diberikan sudah cukup baik serta keseimbangan zat-zat makanan yang ada dalam
ransum sudah memenuhi kebutuhan ikan.
Zat-zat makanan yang
dibutuhkan ikan bila berada pada keadaan yang seimbang dan lengkap di samping
meningkatkan kecepatan pertumbuhan ikan, juga berperan mengimbangi efek tekanan
(fisiologis) dari terbatasnya ruang gerak ikan.
Pengaruh bungkil
inti sawit fermentasi terhadap konversi ransum ikan mas (Cyprinus carpio)
Konversi ransum selama
penelitian yang merupakan suatu penilaian secara teknis usaha pemberian ransum
bagi ikan mas (tabel 1). Dari hasil analisis sidik ragam menunjukan tidak
adanya pengaruh perlakuan terhadapa konversi pakan (P>0.05). semakin rendah
faktor konversi ransum, makin efesien ikan memanfaatkan ransum yang dikonsumsi.
Pengaruh perlakuan
terhadap income over feed cost
income over feed cost merupakan pendapatan dengan cara mengurangi
penerimaan dengan biaya produksi untuk pakan. Pemberian pakan dengan pemakaian
bungkil inti sawit fermentasi 18% memberikan IOFC tertinggi dibanding pakan
lainnya (tabel 1), hal ini disebabkan oleh tingginya pertambahan berat badan
ikan mas yang dicapai. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah pakan yang
dikonsumsi dan konversi pakan yang lebih baik.
Sumber : Penelitian M.
Amri berjudul Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi Dalam Pakan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Volume 9 No.1, 207, Hal. 71-76.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar