Optimalisasi dan Konservasi Sumber Daya Perikanan
Potensi perikanan
yang cukup besar menjadikan Indonesia dijuluki sebagai negara yang kaya degan
keanekaragaman (biodiversity) jenis hayati laut. Bagi Indonesia potensi ini
sangata strategis didalam pembangunan. Perikanan laut adalah salah satu jenis
sumber daya yang sangat penting untuk menunjang kehidupan bangsa. Sumber daya
perikanan laut bersifat milik bersama atau milik umum (common property), kelemahan dari sifat milik umum ialah tidak ada
batasan mengenai banyaknya upaya penangkapan ikan, selama memberikan keuntungan
secara ekonomi. Dalam kondisi seperti ini, tidak saja sumberdaya laut yang
terkuras (biological inefficiency),
tetapi juga tingkat eksploitasi perikanan akan menjadi tidak efesien lagi dari
segi ekonomi (economically inefficiency).
Oleh karena itu
pendekatan pembangunan berkelanjutan dipilih dalam mengelola sumberdaya
perikanan. Dengan demikian , pengelolaan sumber daya perikanan yang optimal
secara biologi maupun ekonomi menjadi penting untuk menunjang tujuan
pembangunan nasional.
Konsep Bioekonomi
Salah satu konsep
yang dikembangkan dalam mengelola sumberdaya perikanan adalah pemilikan tunggal
(single owner), sebagai suatu untuk mendekati eksploitasi yang optimum.
Maksudnya adalah bagaimana optimalisasi itu sendiri seiring dengan konservasi
atau pelestarian.
Konsep kepemilikan
tunggal adalah pengelolaan yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat atau
lembaga pemerintah. Pemilik tunggal bebas memilih kebijakan yang menyangkut
pengelolaan sumberdaya perikanan di wilayahnya. Aspek biologi dalam model
tersebut adalah pertumbuhan cadangan sumber daya perikanan di wilayah perairan
tertentu. Dengan mengetahui pertumbuhan cadangan sumber daya perikanan di suatu
perairan, maka pemilik tunggal dapat menduga besarnya modal sumber daya yang
dimiliki.
Hasil Penelitian
Penelitian yang
dilakukan oleh Luki Adrianto (1993), merupakan peneliti pada PPLMLP-IPB pada
Program Pengelolaan Wilayah Pesisir, konsep boekonomi ditrapkan dalam pemanfaatan
kakap merah (Lutjanus sp) di Perairan
Sekitar Juwana, Kabupaten Pati. Dari penelitian tersebut keluar variabel
kendali hasil tangkap optimal pada discount rate 15% sebesar 1.741.927.852
kg/tahun dan upaya penangkapan optimal 400 unit kapal rawai dasar. Variabel
hasil tangkap optimal tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
pengelolaan sumberdaya perikanan kakap merah. Hal ini disebabkan karena
variabel kendali hasil tangkap lebih dekat dengan faktor cadangan sumber daya
daripada variabel upaya penangkapan.
Penerapan Konsep Bioekonomi
Pemilik tunggal
mendapat hak untuk mengelola sumberdaya perikanan kakap merah, dapat diwakili
oleh Pemerintah Daerah (Dinas yang mengangai Kelautan dan Perikanan). Hal ini
mengisyaratkan adanya regulasi yang harus diterapkan agar jumlah optimum hasil
tangkapan dan upaya penangkapan tetap terjaga, sehingga tidak menganggu
kelestarian sumber daya kakap merah.
Kenyataannya konsep
ini sulit diterapkan, kecuali kalau pihak Pemrintah Daerah bener-bener concern terhadap pelestarian sumberdaya
perikanan. Lemahnya pengawasan dan kekuatan hukum yang berlaku dalam bidang
perikanan merupakan kendala utama dalam penerpan konsep pemilik tunggal (single
owner) diatas. Terlepas dari itu, konsep ini memiliki kelebihan dimana aspek
kelestarian sumber daya perikanan dan optimalisasi keuntungan ekonomi dari
pemanfaatan sumber daya perikanan diperhatikan.
Sumber : Review Artikel “Optimalisasi dan Konservasi
Sumber Daya Perikanan” diambil dari Buku “Pengelolaan Perikanan Indonesia :
Catatan Mengenai Potensi, Permasalahan dan Prospeknya”, M. Ghufran H. Kordi,
Penerbit Pustaka Baru Press : 2015, Hal. 282 – 286.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar