Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Minggu, 15 April 2018

Optimalisasi dan Konservasi Sumber Daya Perikanan


Optimalisasi dan Konservasi Sumber Daya Perikanan


Potensi perikanan yang cukup besar menjadikan Indonesia dijuluki sebagai negara yang kaya degan keanekaragaman (biodiversity) jenis hayati laut. Bagi Indonesia potensi ini sangata strategis didalam pembangunan. Perikanan laut adalah salah satu jenis sumber daya yang sangat penting untuk menunjang kehidupan bangsa. Sumber daya perikanan laut bersifat milik bersama atau milik umum (common property), kelemahan dari sifat milik umum ialah tidak ada batasan mengenai banyaknya upaya penangkapan ikan, selama memberikan keuntungan secara ekonomi. Dalam kondisi seperti ini, tidak saja sumberdaya laut yang terkuras (biological inefficiency), tetapi juga tingkat eksploitasi perikanan akan menjadi tidak efesien lagi dari segi ekonomi (economically inefficiency). 
Oleh karena itu pendekatan pembangunan berkelanjutan dipilih dalam mengelola sumberdaya perikanan. Dengan demikian , pengelolaan sumber daya perikanan yang optimal secara biologi maupun ekonomi menjadi penting untuk menunjang tujuan pembangunan nasional. 


Konsep Bioekonomi
Salah satu konsep yang dikembangkan dalam mengelola sumberdaya perikanan adalah pemilikan tunggal (single owner), sebagai suatu untuk mendekati eksploitasi yang optimum. Maksudnya adalah bagaimana optimalisasi itu sendiri seiring dengan konservasi atau pelestarian.
Konsep kepemilikan tunggal adalah pengelolaan yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah. Pemilik tunggal bebas memilih kebijakan yang menyangkut pengelolaan sumberdaya perikanan di wilayahnya. Aspek biologi dalam model tersebut adalah pertumbuhan cadangan sumber daya perikanan di wilayah perairan tertentu. Dengan mengetahui pertumbuhan cadangan sumber daya perikanan di suatu perairan, maka pemilik tunggal dapat menduga besarnya modal sumber daya yang dimiliki.


Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Luki Adrianto (1993), merupakan peneliti pada PPLMLP-IPB pada Program Pengelolaan Wilayah Pesisir, konsep boekonomi ditrapkan dalam pemanfaatan kakap merah (Lutjanus sp) di Perairan Sekitar Juwana, Kabupaten Pati. Dari penelitian tersebut keluar variabel kendali hasil tangkap optimal pada discount rate 15% sebesar 1.741.927.852 kg/tahun dan upaya penangkapan optimal 400 unit kapal rawai dasar. Variabel hasil tangkap optimal tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pengelolaan sumberdaya perikanan kakap merah. Hal ini disebabkan karena variabel kendali hasil tangkap lebih dekat dengan faktor cadangan sumber daya daripada variabel upaya penangkapan. 

Penerapan Konsep Bioekonomi
Pemilik tunggal mendapat hak untuk mengelola sumberdaya perikanan kakap merah, dapat diwakili oleh Pemerintah Daerah (Dinas yang mengangai Kelautan dan Perikanan). Hal ini mengisyaratkan adanya regulasi yang harus diterapkan agar jumlah optimum hasil tangkapan dan upaya penangkapan tetap terjaga, sehingga tidak menganggu kelestarian sumber daya kakap merah.
Kenyataannya konsep ini sulit diterapkan, kecuali kalau pihak Pemrintah Daerah bener-bener concern terhadap pelestarian sumberdaya perikanan. Lemahnya pengawasan dan kekuatan hukum yang berlaku dalam bidang perikanan merupakan kendala utama dalam penerpan konsep pemilik tunggal (single owner) diatas. Terlepas dari itu, konsep ini memiliki kelebihan dimana aspek kelestarian sumber daya perikanan dan optimalisasi keuntungan ekonomi dari pemanfaatan sumber daya perikanan diperhatikan.
 
Sumber : Review Artikel “Optimalisasi dan Konservasi Sumber Daya Perikanan” diambil dari Buku “Pengelolaan Perikanan Indonesia : Catatan Mengenai Potensi, Permasalahan dan Prospeknya”, M. Ghufran H. Kordi, Penerbit Pustaka Baru Press : 2015, Hal. 282 – 286.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar