Teknik Produksi
Induk Betina Ikan Nila
Didalam budidaya ikan
nila banyak dikembangkan berbagai teknologi dalam rangka peningkatan mutu induk
ikan nila (Oreochromis niloticus),
hal ini disebabkan pada saat ini telah banyak terjadi penurunan kualitas induk
ikan nila, oleh karena itu kebutuhan induk bermutu sangat diharapkan dalam
rangka memperoleh benih yang berkualitas.
Dalam rangka upaya
untuk menghasilkan populasi induk betina sebagai pasangan induk ikan nila
GESIT, maka dilakukan rekayasa teknologi untuk memperoleh induk jantan
fungsional XX. Induk jantan fungsional XX ini apabila dikawinkan dengan induk
betina normal (XX), maka akan memperoleh keturunan betina semua. Dengan
demikian upaya pemenuhan kebutuhan induk betina akan lebih cepat.
Tahapan pertama kali
yang harus dilakukan adalah membuat induk jantan fungsional XX melalui
pemberian pakan yang mengandung hormon 17α methiltestosteron
selama masa diferensiasi kelamin pada ikan nila. Waktu diferensiasi pada ikan
nila terjadi pada saat larva umur 6-7 hari setelah menetas sampai sekitar umur
27-28 hari. Selanjutnya larva hasil sex reversal dipelihara sampai induk untuk
dapat dilakukan verifikasi, verifikasi untuk mendapatkan induk jantan XX ini
dilakukan dengan uji keturunan (progeny
test).
Prosedur Kerja, tahapan pekerjaan yang
dilakuakn adalah sebagai berikut :
1) Pematangan induk
Waktu pematangan dilakukan 2 minggu, dengan pemberian pakan 3% per berat
biomassa per hari
2)
Pemijahan
Pemijahan dilakukan dengan perbandingan jantan dan betina 1:3 pada bak
ukuran 2x1 m2
3)
Penetasan telur
Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan menggunakan saringan
4)
Pendederan
Penebaran larva dalam happa dengan padat tebar 200 ekor/m2
dengan pemberian pakan 20% per berat biomassa per hari, pendederan II adalah
100 ekor/m2 dengan pemberian pakan 10% per berat biomassa per hari
5)
Pengamatan gonad
Melalui pengambilan jaringan gonad ikan sampel, pewarnaan menggunakan
larutan aceto-carmine dan pengamatan dibawah mikroskop dengan pembesaran 100
kali.
Hasil Penelitian
Progeny test
dilakukan dengan mengawinkan satu per satu induk nila jantan fungsional XX
dengan 3 ekor betina normal. Keturunan induk jantan XX kemudian dipelihara
sampai ukuran 5-8 cm dan selanjutnya dilakukan pengamatan gonad. Dari 38 ekor
induk jantan hasil sex reversal, ternyata hanya menghasilkan 2 ekor induk
betina XX. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas hormon ini,
diantaranya jenis hormon, dosis hormon, waktu diferensiasi kelamin, metode
pemberian hormon dan suhu.
Sumber :
Hasil Penelitian T.
Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga dan Suroso (2006) di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukamandi.