Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Minggu, 11 Februari 2018

Analisa Pertumbuhan Ikan Nila (Oreachromis niloticus) yang Dipelihara Pada Keramba Jaring Apung Dengan Kepadatan yang Berbeda

Analisa Pertumbuhan Ikan Nila (Oreachromis niloticus) yang Dipelihara Pada
Keramba Jaring Apung  Dengan Kepadatan yang Berbeda 

 
 Ikan Nila (Oreachromis niloticus) adalah termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang sangat potensial dibudidayakan secara intensif di Keramba Jaring Apung (KJA). Ikan nila memiliki sifat biologis yang menguntungkan diantaranya pertumbuhan cepat, pemakan segala bahan makanan (omnivora), daya adaptasi yang luas, toleransi yang tinggi terhadap keadaan lingkungan, dan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Keramba jaring apung berfungsi sebagai wadah untuk pemeliharaan ikan agar tidak lepas dan melindungi ikan dari serangan predator dan segala gangguan lainya. Metode pemeliharaan ikan pada keramba jaring apung merupakan teknik akuakultur yang paling produktif, oleh karena itu banyak spesies ikan-ikan ekonomis yang dibudidayakan oleh masyarakat.


Pertumbuhan ikan nila sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya kepadatan. Pengaturan padata penebaran dilakukan untuk meminimalisir kompetisi atau individu ikan salah satunya kompetisi ruang gerak. Disamping pertumbuhan yang lebih baik, padat penebaran yang tepat juga dapat menurunkan angka mortalitas, sehingga diharapkan angka kelulusanhidupnya akan tinggi.
Padat penebaran akan menentukan tingkat intensitas pemeliharaan. Semakin tinggi padat penebaran berarti semakin banyak jumlah/ biomassa ikan per satuan luas maka akan semakin tinggi pula tingkat pemeliharaannya. Pada padat penebaran yang tinggi akan berdampak terhadap besarnya kebutuhan oksigen dan pakan serta buangan metabolisme seperti feses, amoniak, dan karbodioksida yang banyak.
Padat penebaran sangatlah tergantung pada jenis ikan, ukuran tebar, lama pemeliharaan, ukuran panen, dan tujuan pembesaran. Sehingga padat tebar ikan dalam tiap petak keramba jaring apung menjadi berbeda-beda. Padat penebaran produksi ikan konsumsi berbeda dengan produksi calon induk. Secara umum padat tebar ikan untuk pembesaran ikan konsumsi lebih tinggi dibandingkan pemeliharaan calon induk atau induk ikan.

 Penelitian dilakukan oleh Erma Yunita Islami, Fajar Basuki dan Tita Elfitasari yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepadatan yang berbeda dan untuk mengetahui kepadatan yang paling baik terhadap pertumbuhan, kelulusanhidup, dan efesiensi pemanfaatan pakan (EEP) pada ikan nila larasati (Oreochromis niloticus) yang dipelihara di KJA Wadaslintang.



Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di lapangan, rancangan percobaan yang dilakukan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan, sbb :
A = ikan nila dipelihara pada KJA dengan kepadatan 50 ekor/ m3
B = ikan nila dipelihara pada KJA dengan kepadatan 75 ekor/ m3
C = ikan nila dipelihara pada KJA dengan kepadatan 100 ekor/ m3
1.     Bobot Individu Mutlak
Menurut Effendi (1979) pertumbuhan bobot individu mutlak dapat dihitung dengan rumus :
W = Wt – Wo
W    = Pertumbuhan bobot individu mutlak (gr)
Wt   = Bobot ikan akhir (gr)
Wo  = Bobo ikan awal (gr)
Pengamatan pertumbuhan bobot mutlak menunjukan bahwa ikan nila yang dipelihara pada KJA dengan kepadatan 50 ekor/ m3 memiliki pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 356,07±2,65, diikuti kepadatan 75 ekor/ m3 sebesar 297,45±5,13 dan kepadatan 100 ekor/ m3 sebesar 196,67±20,27.
2.     Laju Pertumbuhan Relatif
Menurut Effendi (1979) Laju Pertumbuhan Relatif dapat dihitung dengan rumus :
RGR = Wt – Wo x 100%
            Wo x t
RGR  = Relative Growth Rate (%)
Wo   = Bobo ikan awal (gr)
Wt    = Bobot ikan akhir (gr)
T       = Waktu (hari)
Berdasarkan pengamatan nilai laju pertumbuhan relatif (RGR) tertinggi pada ikan nila dengan kepadatan sebesar 5,73±0,02, diikuti kepadatan 100 ekor/ m3 sebesar 5,32±0,05 dan kepadatan 75 ekor/ m3 sebesar 4,48±0,43.
 Efesiensi Pemanfaatan Pakan
Menurut Tacon (1987) Efesiensi Pemanfaatan Pakan dapat dihitung dengan rumus :
EPP = Wt – Wo  x 100 %
                 F
EFP  = Efesiensi Pemanfaatan Pakan (%)
Wo   = Bobot ikan awal (gr)
Wt    = Bobot ikan akhir (gr)
T       = Waktu (hari)
Pengamatan Efesiensi Pemanfaatan Pakan menunjukan bahwa ikan nila yang dipelihara pada KJA dengan kepadatan 50 ekor/ m3 memiliki pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 48,68±0,22, diikuti kepadatan 75 ekor/ m3 sebesar 35,32±0,38 dan kepadatan 100 ekor/ m3 sebesar 18,18±0,26.
3.     Kelulusanhidup
Menurut Effendi (1979) Kelulusanhidup dapat dihitung dengan rumus :
SR = No x100%
        Nt
SR   = Kelulusanhidup (100%)
No  = Jumlah ikan pada awal (ekor)
Nt   = Jumlah ikan pada akhir (ekor)
Pengamatan kelulusanhidup menunjukan bahwa ikan nila yang dipelihara pada KJA dengan kepadatan 50 ekor/ m3 memiliki pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 98,62±0,61, diikuti kepadatan 75 ekor/ m3 sebesar 96,62±0,80 dan kepadatan 100 ekor/ m3 sebesar 97,67±0,38.


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa perbedaan kepadatan memberikan pengaruh nyata pada laju pertumbuhan relatif (RGR )dan efesiensi pemanfaatan pakan (EPP), tetapi tidak berpengaruh pada kelulusanhidup.  Kepadatan yang direkomendasikan untuk pembesaran ikan nila dalam KJA adalah 50 ekor/ m3 karena memberikan hasil nilai terbaik.
Sumber :
Artikel “Analisa Pertumbuhan Ikan Nila Larasati (Oreochromis niloicus) yang Dipelihara pada KJA Wadaslintang Dengan Kepadatan Berbeda oleh Erma Yunita Islami, Fajar Basuki dan Tita Elfitasari.

Journal of Acuaculture Management and Technology, Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013. Halaman 115-121.

1 komentar: