Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Sabtu, 25 Maret 2017

Penyuluhan Perikanan Go To School


Mengantar siswa-siswi yang melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di BBI Sentral Sungailiat dan
BBI Lokal Pangkalpinang 

Memberikan bantuan benih ikan nila ke SMP Negeri 1 Tukak Sadai 


Penyuluhan Akuaponik di SMP Negeri 2 Tukak Sadai tanggal 10 Februari 2017

Sutar - Siswa SMK Negeri 1 Tukak Sadai melakukan pembenihan ikan hias di pekarangan rumah



Menjadi Penguji pada kegiatan Ujian Kompetensi SMK Negeri 1 Tukak Sadai 20-22 Februari 2017





Penumbuhan KUB Camar Laut di Desa Tanjung Sangkar Kec. Lepar Pongok Tanggal 24 Maret 2017

Penumbuhan KUB Camar Laut di Desa Tanjung Sangkar Kec. Lepar Pongok Tanggal 24 Maret 2017

    

Karakteristik Wilayah
Desa Tanjung Sangkar terletak di Kecamatam Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan, Keadaan alam Desa Tanjung Sangkar secara topografi merupakan daerah pantai berpasir dengan jenis tanah podsolik kekuningan, kontur tanah datar sampai berbukit. Wilayah Desa Tanjung Sangkar memiliki batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Penutuk Kecamatan Lepar Pongok
3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kumbung Kecamatan Lepar Pongok
4. Sebelah timur berbatasan dengan Tanjung Labu Kabupaten Lepar Pongok


Data Kependudukan
Penduduk yang berada di Desa Tanjung Sangkar terdiri dari berbagai macam suku dan etnis yaitu Melayu (pribumi), jawa, bugis. Jumlah penduduk desa Tanjung Sangkar kecamatan Lepar Pongok  pada tahun 2016 adalah sebagai berikut .

Tabel 1.  Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin tahun 2016.

No
Desa
Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang)
Jumlah jiwa
Jumlah KK
1
Tanjung Sangkar
1.118
1.104
2.222
724
Sumber data : Kantor Desa Tanjung Sangkar, 2016

Tabel 2. Sumber Mata Pencarian Penduduk Desa Tanjung Sangkar

No
Mata pencarian
Jumlah (Orang)
1
Petani
420
2
Nelayan
90
3
Buruh
55
4
Pedagang
62
5
PNS
16
6
Pengrajin
30
7
Montir
4
Sumber data : Kantor Desa Tanjung Sangkar, 2016

Tahapan Identifikasi
Tahap identifikasi dilakukan oleh penyuluh perikanan pada hari Rabu tanggal 15 Maret 2017 atas informasi dari Ketua LPM Desa Tanjung Sangkar dan Koordinator Penyuluh Pertanian Kec. Lepar Pongok, bahwa nelayan di Desa Tanjung Sangkar, adapun hasil identifikasi adalah sebagai berikut :
      1)    Masih ada nelayan yang belum tergabung ke dalam kelompok nelayan (KUB).
      2)    Nelayan Desa Tanjung Sangkar masih banyak yang belum memiliki kartu nelayan.       
     3)    Dari hasil wawancara 80% warga Desa Tanjung Sangkar berprofesi sebagai nelayan sambilan, dimana pada saat musim tertentu mereka akan melakukan aktifitas penangkapan ikan di laut dan di musim lain bermata pencaharian sebagai pekebun (lada, kelapa sawit dan karet).
      4)    Nelayan Desa Tanjung Sangkar merupakan nelayan kecil, dengan rata-rata kepemilikan kapal perikanan mesin 22 PK bawah 5 GT, adapun alat tangkap yang digunakan meliputi bagan, pancing, dan gill net.
      5)    Tidak semua nelayan memiliki kapal perikanan, bagi yang tidak memiliki kapal akan ikut dengan nelayan lain yang mempunyai kapal.
 


Tahapan Penumbuhan  
Bertempat di rumah Bapak Yopi (selaku Ketua LPM) Desa Tanjung Sangkar Kecamatan Lepar Pongok pada hari Jumat Tanggal 24 Maret 2017 pukul 09.15 sampai 11.30 WIB telah diselenggarakan penyuluhan melalui pertemuan kelompok. Pertemuan tersebut dihadiri oleh nelayan kecil sebanyak 10 orang, Koordinator Penyuluh Pertanian, Kepala Desa dan Babinsa, Koordinator penyuluh perikanan Kabupaten Bangka Selatan (Herman Setiawan, S.Pi), pada pertemuan tersebut disampaikan beberapa materi penyuluhan seperti :

    1.   Penumbuhan & pengembangan kelompok nelayan
Kelompok dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan dan tujuan, dimana dalam proses fasilitasinya oleh penyuluh perikanan diawali dengan identifikasi terhadap profesi & kepemilikan modal usaha, kemudian melakukan pertemuan untuk melakukan pembentukan kelompok yang akan disepakati nama dan pengurus kelompok tersebut.
Pertemuan yang berlangsung santai dan tertib tersebut menyepakati nama KUB adalah Camar Laut dan dibentuk susunan kepengurusann sebagai berikut ;
Ketua               : Bastiar
Wakil Ketua      : Martin
Bendahara        : M. Obe
Sekretaris        : Yandi
Anggota           : Yofie Wijaya, Sahiran, Suhardi, Hengki Anggoma, Pardi, Julai dan Mulandari.



  

  2.   Pembuatan kartu nelayan
Wajib bagi seorang nelayan memilik kartu nelayan, oleh karena itu pada pertemuan tersebut sekaligus sebagai pendaftaran dan kelengkapan untuk pengajuan pembuatan kartu nelayan. Adapun penerbitan Kartu Nelayan merupakan wujud penghargaan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan terhadap profesi nelayan. Kepemilikan Kartu Nelayan, diharapkan menjadi materi kongkret proses pemberdayaan nelayan sebagai mitra pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan upaya peningkatan pendapatan secara berkelanjutan, efektif dan tepat sasaran. Adapun realisasi kegunaan Kartu Nelayan yang sudah dilaksanakan diberbagai daerah di Indonesia diantaranya :
v  Bukti identitas profesi nelayan diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
v  Database Daerah dan Nasional perkembangan kapasitas nelayan guna pengendalian sumberdaya ikan dan penyediaan lapangan kerja nelayan secara rasional berkelanjutan.
v  Referensi data bukti identitas tepat sasaran kepada nelayan dalam pembelian BBM bersubsidi.
v  Salah satu syarat bagi nelayan agar tepat sasaran penerima program-program perikanan tangkap oleh Pemerintah.
v  Salah syarat agar tepat sasaran Penerima SeHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah nelayan).
v  Pelaporan keselamatan kerja nelayan dan informasi cuaca melalui SMS Gateway.
v  Salah satu syarat bagi nelayan agar tepat sasaran mendapat program bimbingan teknis perikanan tangkap.
v  Salah satu syarat agar tepat sasaran bagi nelayan yg mendapatkan Asuransi Jamsostek nelayan.

  3.   Penjelasan perangkat kelembagaan kelompok
v   Stempel kelompok
Sebagai tanda legalitas dalam hal surat-menyurat maupun dokumen administrasi lainnya, stempel wajib dimiliki oleh kelompok, stempel juga membedakan kelompok yang satu dengan yang lain.
v   Plang nama kelompok
Keberadaan plang nama kelompok sebagai bentuk pengukuhan akan suatu lembaga, selain sebagai pengenal sekretariat, plang nama memiliki peran yang strategis dalam menumbuhkan image yang positif bagi instansi pembina maupun bagi anggota kelompok itu sendiri.
v   Struktur Organisasi
Keberadaan struktur organisasi kelompok akan memastikan peran dan fungsi masing-masing pengurus dan anggota kelompok, serta sebagai dasar menjalankan fungsi koordnasi di kelompok dalam menjalankan fungsi keorganisasian kelompok.  
v   Buku administrasi kelompok perikanan

Kelompok merupakan salah satu unit terkecil dari suatu kelembagaan, dimana terdapat prosedur sistem administasi yang baik dan tertib. Untuk menjadikan kelompok perikanan yang mandiri secara manajerial, penyuluh perikanan memfasilitasi pembuatan paket buku administrasi kelembagaan kelompok pelaku utama perikanan, yang nantinya dijadikan sebagai perangkat kelembagaan kelompok dalam menjalankan keorganisasian kelompoknya. Buku administrasi tersebut berisi antara lain buku data anggota kelompok, buku tamu, buku kas, buku inventarisir barang, buku notulen rapat pertemuan dan buku agenda surat keluar-masuk.  

Jumat, 10 Maret 2017

Seri Penanganan Ikan Pasca-Panen Bagian 2 : Teknik Pengangkutan Ikan

Seri Penanganan Ikan Pasca-Panen Bagian 2 : Teknik Pengangkutan Ikan

Pasca-panen merupakan akifitas yang dilakukan setelah pembudidaya mendapatkan produksi ikan yang diinginkan. Kegiatan pasca-panen meliputi pengemasan, pengangkutan dan penebaran benih ikan. Kegiatan penanganan ikan pasca-panen sebaiknya dilakukan secara baik dan benar, agar kualitas tetap terjaga sehingga harga jual tidak turun.
            Pada artikel seri 2 ini akan dibahas mengenai teknik pengangkutan ikan hasil panen. Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai  dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
       Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, dan mediatanpa air atau sistem kering.
A. Pengangkutan Sistem Basah
Transportasi sistem basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan) terbagi menjadi dua, yaitu :
(1). Sistem Terbuka
         Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka dan diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.
(2). Sistem Tertutup
        Pada sistem ini ikan diangkut diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan, wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup.

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan.
(1). Kualitas Ikan
        Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.
(2). Oksigen
Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi O2 oleh ikan selama transportasi adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia, oleh karena itu dalam pengemasannya perbandingan antara oksigen dengan media pengangkutan ikan (air) harus leih besar ruang untuk oksigen.
(3). Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk transportasi ikan adalah suhu 15 – 20 0 C untuk ikan di daerah tropis. Tingkat metabolisme berkurang akan menurunkan konsumsi oksigen, produksi amonia dan produksi karbon dioksida. Oleh karena itu, suhu rendah dalam transportasi ikan sangat penting dilakukan dengan menambahkan es.
(4). Nilai pH, CO2, dan amonia
Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam selama transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 sampai 8. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat digunakan larutan bufer untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan. Amoniak merupakan anorganik nitrogen yang berasal dari eksresi organisme perairan, permukaan, penguraian senyawa nitrogen oleh bakteri pengurai, serta limbah industri atau rumah tangga.
(5). Kepadatan dan aktivitas ikan selama transportasi
Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih dari 1 : 3. Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200. Kesegaran ikan juga dipengaruhi oleh kondisi apakah ikan dalam keadaan meronta-ronta dan letih selama transportasi. Ketika ikan berada dalam wadah selama transportasi, ikan-ikan selalu berusaha melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berjalan, suplai darah dan oksigen tidak memenuhi, sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup sbagai alternatif pengganti energi yang digunakan.

          Beberapa permasalahan dalam pengangkutan sistem basah adalah selalu terbentuk buih  yang disebabkan banyaknya lendir  dan kotoran ikan yang dikeluarkan. Kematian diduga karena pada saat diangkut, walaupun sudah diberok selama satu hari, isi perut masih ada. Sehingga pada saat diangkut masih ada kotoran yang mencemari media air yang digunakan untuk transportasi. Disamping itu, bobot air cukup tinggi, yaitu 1 : 3 atau 1 : 4 bagian ikan dengan air menjadi kendala tersendiri untuk dapat meningkatkan volume ikan yang diangkut.
Pengangkutan ikan menggunakan perahu

Pengangkutan ikan menggunakan pesawat terbang

Pengangkutan ikan menggunakan mobil
 
    
B. Transportasi Sistem Kering (Semi Basah)
Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunakan adalah bukan air, Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan untuk diangkut diluar habitatnya makin besar .
          Penggunaan transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan menggunakan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.
          Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga melalui lapisan inilah oksigen masih diserap .

Pemingsanan Ikan
Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi. Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus listrik.
 1.   Pemingsanan dengan penggunaan  suhu rendah
Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu
  1. Penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 100–150C. Sehingga ikan akan pingsan
  2. Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan

2. Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)
Bahan anestasi yang dapat digunakan untuk pembiusan ikan adalah :

No
BAHAN
DOSIS
1
MS-222
0.05 mg / l
2
Novacaine
50 mg / kg berat ikan
3
Barbitas sodium
50 mg / kg berat ikan
4
Ammobarbital sodium
85 mg / kg berat ikan
5
Methyl paraphynol (dormisol)
30 mg / l
6
Tertiary amyl alcohol
30 mg / l
7
Choral hydrate
3-3.5 g lt
8
Urethane
100 mg / l
9
Hydroksi quinaldine
1 mg / l
10
Thiouracil
10 mg / l
11
Quinaldine
0.025 mg / l
12
2-Thenoxy ethanol
30 – 40 ml / 100 lt
13
Sodium ammital
52 – 172 mg / l

Selain bahan-bahan anestasi sintetik diatas pembiusan juga dapat dilakukan dengan menggunakan zat  caulerpin  dan caulerpicin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.
Pembiusan  ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu ;
1)    Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga ikan lebih mudah ditangani.
2)    Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
3)    Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran

Proses pembiusan ikan meliputi 3 tahap yaitu :
1)    Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam muara pernapasan organisme
2)    Difusi membran tubuh menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dlm darah
3)    Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan subtansi ke seluruh tubuh. Kecepatan distribusi dan penyerapan oleh sel bergantung persediaan darah dan kandungan lemak pada setiap jaringan sehingga bahan anestasi juga harus mudah larut dlm air dan lemak.

3. Pemingsanan Ikan dengan Arus Listrik
Arus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapakan pada saat proses pengangkutan ikan adalah sebagai berikut ;
1.     Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2.     Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3.     Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4.     Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
o    Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu
yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
o    Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(HPO)4.H2O sebanyak 9 gram.

Sumber :
1)    http://teknologipascapanen.blogspot.co.id
2)    https://defishery.wordpress.com