Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Selasa, 15 Juli 2014

Potensi Perikanan Rajungan Di Indonesia

Potensi Perikanan Rajungan Di Indonesia

Rajungan merupakan hasil laut yang dapat diandalkan sebagai komoditi perikanan laut yang dapat menghasilkan devisa dan mempunyai potensi yang besar untuk sebagai komoditi ekspor bagi NKRI.
Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, perikanan beberapa jenis rajungan sudah menjadi perikanan andalan dan menghasilkan devisa yang tidak sedikit bagi Negara tersebut karena disamping teknologi yang memadai didukung juga SDM dan alat tangkap yang bisa meningkatkan hasil tangkap secara signifikan.
Ada Empat golongan rajungan komersial yang menjadi andalan perikanan rajungan di Amerika Serikat, yaitu
1. Blue crab (kepiting biru) termasuk suku Portunidae yang merupakan satu suku dengan rajungan dan kepiting Indonesia.,
2. King crab, tidak terdapat diperaiaran kita dan satu bangsa dengan kelomang, termasuk kedalam suku Lithodidae, marga Paralithodes
3. Tanner crab terdiri atas sedikitnya tiga jenis yaitu Chionoecetes bairdi, C. apilio dan C.tanneli, kesemuanya termasuk suku Majidae.
4. Dungeness crab Atau Market Crab adalah kepiting dari jenis Cancer magister dari suku Cancridae.
Walaupun Indonesia tidak seperti perikanan rajungan di Amerika, Di beberapa Laut kita seperti di wilayah sebagian besar pantai utara pulau jawa, pantai sulawesi hasil rajungan perlu diperhitungkan sebagai hasil perikanan. Tentu ini perlu mengembangkan daerah-daerah baru diseluruh wilayah NKRI, karena pasar produk rajungan di Indonesia cukup terbuka lebar tetapi karena hasil perikanan ini masih kecil skalanya,


Pengelolaan Sumberdaya Rajungan
Beberapa cara menangkap rajungan yang dilakukan oleh para nelayan disebagian besar Peraiaran laut Indonesia di antaranya :
1. Jaring Kejer merupakan jenis jaring yang dilengkapi pelampung dan pemberat yang dapat menghadang ruaya rajungan. Jaring ini dipasang pada malam hari ditebar dilaut pada sore hari dan keesokan harinya sebelum matahari terbit diangkat kembali. Kelemahan dari alat ini adalah jaring kejer cepat rusak, hasilnya juga kurang maksimal, kelebihan dari alat ini yaitu praktis

2. Garuk/Garok, alat ini digarukan sepanjang dasar laut dengan perahu motor yang bergerak perlahan-lahan sehingga rajungan yang terdapat didasar laut ikut tergaruk dan tertangkap. Bersama Rajungan banyak jenis hewan dasar lain ikut tertangkap. Alat ini termasuk alat pembasmi dan merusak keseimbangan ekosistem laut kelebihan alat ini alat ini tidak
3. Jaring Bubu atau Wadong/Wuwu atau Bintur alat ini disebut juga jaring angkat atau Lift-net. Alat tangkap inilah sekarang yang paling banyak dipakai oleh nelayan sebagai perangkap untuk menangkap rajungan karena alat ini sangat membantu nelayan dalam hal peningkatan hasil tangkap rajungan sangat signifikan dibandingkan kedua alat diatas, kelemahan alat tangkap ini yaitu Bubu sebagai jaring perangkap memerlukan umpan yaitu ikan, hal ini kalau dipasaran tersedia ikan tidak ada masalah akan tetapi pada waktu belum musim ikan hal ini akan membingungkan para nelayan. Bubu ada yang berbentuk Persegi, atau Bulat terbuat dari bahan kawat yang dilapisi oleh bahan jaring PE.


** Diolah dari berbagai sumber.

BAWANG PUTIH PENGUSIR KUNANG-KUNANG LARVA UDANG WINDU

BAWANG PUTIH PENGUSIR KUNANG-KUNANG LARVA UDANG WINDU

Di tahun 1990-an kunang-kunang menjadi santer dikalangan pebisnis udang terutama yang bergerak di usaha perbenihan. Jika penyakit itu datang menyerang maka dalam sekejap dapat mengakibatkan kematian masal larva udang windu. Banyak cara telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit yang merugikan itu, namun aplikasi bahan kimia dinilai tidak efektif dan malah menimbulkan kekhawatiran dikalangan pengusaha hatchery akan pencemaran lingkungan dan bakteri penyebabnya bisa jadi kebal. Namun ada cara lain yang akrab lingkungan dan irit biaya yaitu menggunakan ekstrak bawang putih sebagai antibiotik nabati. Cara tersebut sudah dibuktikan oleh pengusaha hatchery dan backyard di kecamatan Suppa Pinrang.

Penyakit kunang-kunang yang disebabkan bakteri Vibrio harveyi ditandai dengan munculnya cahaya pada permukaan air kolam, cahaya berkunang-kunang akan nampak bila air kolam digerakkan pada suasana gelap atau malam hari. Jika penyakit ini datang menyerang maka dapat mengakibatkan kematian larva udang secara masal dalam waktu singkat. salah satu cara mengobati penyakit kunang-kunang tanpa antibiotik sintetik adalah menggunakan ekstrak bawang putih. Kandungan alisin ekstrak bawang putih berfungsi sebagai antibiotik nabati yang mujarab melawan bakteri dan berbagai jenis mikroba.
Cara Aplikasinya

Ada dua cara untuk mengaplikasikan ekstrak bawang putih untuk mengusir penyakit kunang-kunang yaitu aplikasi langsung ke dalam air media pemeliharaan larva dan cara kedua dicampurkan ke dalam pakan larva udang windu. Pembuatan ekstrak bawang putih cukup mudah yaitu kulit bawang putih dibuang kemudian daging dihancur dengan blender sampai halus lalu ampas dan sarinya dipisah dengan saringan kain halus. Cairan bawang putih dosis 5-10 ppm diencerkan dengan air bersih lalu disemprot merata ke permukaan air pemeliharaan larva udang windu.


** Sumber : www.pusluh.bpsdmkp.go.id

Pupuk & Kebutuhannya Untuk Tanaman

Pupuk & Kebutuhannya Untuk Tanaman

Pupuk di definisikan sebagai material yang ditambahkan kedalam tanah atau melalui tajuk dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Tanaman untuk menunjang kehidupan dan produksinya membutuhkan 16 unsur yaitu:
1.    Carbon (C)
2.    Oxygen (O)
3.    Hidrogen (H)
Ketiga unsur tersebut selalu tersedia di alam bebas  dan gratis di berikan oleh yang Maha Kuasa. Masih ada 13 unsur hara lagi yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang banyak di butuhkan tanaman, yaitu:
1. Nitrogen (N)   2. Phospor (P)  3. Kalium (K)  4. Kalsium (CaO)  5. Magnesium (MgO)  6. Sulfur (S). Sementara yang di maksud dengan unsur hara mikro adalah unsur  hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif sedikit atau sangat kecil, yaitu: Seng (Zn, Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo), dan Chlor (Cl). Berikut akan di uraikan satu persatu tentang unsur hara makro meliputi kegunaan dan fungsinya serta efek kekurangannya, sumber dan nama-nama pupuk dan kandungannya. Dengan memahami unsur hara yang di butuhkan tanaman, dan nama pupuk serta kandungannya, di harapkan pemupukan yang lebih sempurna, sehingga tanaman akan berproduksi optimal dengan kualitas yang lebih baik.


 
Pemberian pupuk untuk tanaman
Unsur Hara dalam tanah akan selalu berkurang karena beberapa faktor, pertama unsur hara terpakai oleh tanaman untuk menunjang kehidupan dan produksinya, sehingga unsur hara terbawa keluar bersama panen, baik berupa buah, bunga, biji dan dedaunan.Kedua, unsur hara juga bisa hilang karena faktor  pencucian karena hujan dan terbawa aliran air keluar areal lahan atau masuk kedalam lapisan tanah. Karena sebab itulah maka pemupukan diperlukan agar tanaman tetap dapat berproduksi.
Perlu diketahui jumlah unsur hara yang keluar dari tanah/tanaman. Setiap jenis tanaman untuk menghasilkan jumlah panen tertentu mengeluarkan unsur hara dan terangkut bersama panen dalam jumlah yang berbeda.
Semua unsur hara yang keluar bersama panen dan hilang hanyut tercuci air hujan, harus digantikan dengan unsur hara baru, agar tanaman dapat menghasilkan produksi yang memuaskan. Itulah gunanya melakukan pemupukan yang sempurna. Pemupukan dengan unsur hara yang lengkap (N,P,K,S,CaO,MgO) akan menghasilkan produksi yang memuaskan.

Unsur Hara Fosfor (P)
1. Unsur Hara Makro        : Fosfor (P)
2. Nama Pupuk                 : TSP, SP 36, CIRP, Pospat Alam
3. Fungsi Fosfor                : 
          - Mempercepat Pertumbuhan akar semai
          - Memperkuat batang tubuh tanaman
- Mempercepat proses pembungaan, pemasakan buah dan biji-bijian
          - Meningkatkan produksi buah dan biji-bijian
4. Sumber - sumber Fosfor (P) :
          - Bahan organik, pupuk kandang, dan lainnya
          - Bahan tambang mineral alami seperti CIRP
          - Pupuk buatan pabrik seperti TSP, SP 36 dll.
5. Gejala kekurangan Fosfor :
          - Daun berubah berwarna tua atau tampak mengkilap        kemerahan
- Tepi Daun, cabang dan batang berwarna merah ungu, lalu - berubah menjadi kuning, buah kecil, pematangan buah lambat
- Perkembangan bentuk dan warna buah jelek, biji berkembang tidak normal, akar lambat berkembang

Unsur Hara Kalium (K)
1. Unsur Hara Makro      : Kalium (K)
2. Nama pupuk                : KCL, ZK, Kalium Majemuk dll.
3. Fungsi Kalium             :
          - Pembentukan protein dan karbohidrat
          - Membantu membuka dan menutup stomata
          - Meningkatkan daya tahan terhdp penyakit tanaman &     serangan hama
          - memperluas pertumbuhan akar tanaman
- Efisiensi penggunaan air (ketahanan pada masa kekeringan)
- Memperbaiki ukuran dan kwalitas buah pada masa generatif      dan menambah rasa manis/enak pada buah
- Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak mudah rontok.
4. Gejala kekurangan Kalium :
- Daun terlihat lebih tua, mengerut keriting dan timbul bercak-bercak merah coklat lalu kering dan mati
- Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek dan tidak tahan simpan (cepat busuk)
- Kematangan buah terhambat, ukuran kecil dan mudah rontok
          - Batang dan cabang lemah mudah rebah
          - Biji buah menjadi kempes mengkerut

Unsur Hara Kalsium (CaO) & Magnesium (MgO)

1. Unsur hara makro      : Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO)
2. Nama pupuk                : Dolomit Super Prima (Pupuk DSP)
3. Fungsi Kalsium (CaO) & Magnesium (MgO) :
          - Mengoreksi keasaman tanah agar sesuai dengan pH yang          diperlukan tanaman, kolam dan tambak
- Menetralisir kejenuhan zat - zat yang meracuni tanah, tanaman, kolam dan tambak bilamana zat tersebut berlebihan seperti zat Al (alumunium), Fe (zat besi), Cu (Tembaga)
- Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyerapan zat - zat hara yang sudah ada dalam tanah baik yang berasal dari bahan organik maupun pemberian pupuk lainnya seperti Urea, TSP, dan Kcl
         - Menjaga tingkat ketersediaan unsur hara mikro sesuai    kebutuhan tanaman. Artinya dengan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang cukup unsur mikropun memadai
- Memperbaiki porositas tanah, struktur serta aerasi tanah sekaligus bermanfaat bagi mikrobiologi dan kimiawi tanah sehingga tanah menjadi gembur, sirkulasi udara dalam tanah lancar dan menjadikan akar semai bebas bergerak menghisap unsur hara dari tanah
         - Aktifator berbagai jenis enzim tanaman, merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak, serta karbohidrat
          - Membantu translokasi pati dan distribusi phospor didalam tubuh tanaman
         - Unsur pembentuk warna daun (Klorofil), sehingga tercipta hijau daun yang sempurna
- Kalsium dan magnesium yang diberikan pada tambak / kolam ikan adalah salah satu cara konvensional mempertinggi produktifitas kolam / tambak serta sebagai cara sanitasi untuk membersihkan kolam / tambak dari hama dan penyakit

4. Gejala kekurangan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) :
         - Pada tanaman penghasil biji-bijian akan menghasilkan biji lemah, keriput, dan kempes tidak berisi
          - Kuncup bunga dan buah busuk dan akhirnya akan gugur
          - Matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar tanaman
         - Tepi daun muda mengalami klorosis lalu menjalar ketulang daun, kuncup tanaman atau tunas muda mati
          - Pada daun tua tampak bercak coklat, lalu menguning, mengering lalu mati
5. Dampak dan kerugian kekurangan Kalsium dan Magnesium :
- Kekurangan Kalsium dan Magnesium dalam tanah, menjadikan tanah bereaksi masam, mengakibatkan unsur hara lain seperti Phospor dan Kalium terikat sehingga tak terserap oleh tanaman dengan maksimal, pempukan yang diberikan kurang efektif dan tidak efisien. produktifitas tanaman menurun rendah dengan mutu hasil kurang baik. secara ekonomis merugikan karena pendapatan rendah.
- Kekurangan Kalsium dan Magnesium akan menaikkan unsur  Al (Alumunium), Fe (zat besi), Mn (mangan), Zn (sen) dan Cu (tembaga), unsur tersebut dalam jumlah berlebihan akan menjadi racun bagi tanah, mengganggu tanaman, kolam dan tambak
- Denutrisi pada tanaman mengakibatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit menjadi rendah, tanaman mudah terserang hama dan penyakit, demikian pula dengan udang, ikan dan rumput laut yang berada pada tanah yang kekurangan Kalsium dan magnesium

Unsur Hara Nitrogen (N)

1. Unsur Hara (Makro)        : Nitrogen (N)
2. Nama pupuk                      : Urea, ZA, Amonium Sulfat
3. Fungsi Nitrogen                :
          - Meningkatkan pertumbuhan tanaman
          - Meningkatkan  kadar protein dalam tanah
- Meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan rerumputan ternak
          - Meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah
4. Sumber-sumber nitrogen :
 a. Nitrogen antara lain bersumber dari pupuk buatan pabrik seperti urea, ZA, dan Amonium Sulfat.
 b. Udara merupakan sumber nitrogen paling besar  yang dalam proses pemanfaatannya oleh tanaman melalui perubahan terlebih dahulu, dalam bentuk amonia dan nitrat yang sampai ketanah melalui air hujan, atau yang di ikat oleh bakteri pengikat nitrogen.
c. Sumber nitrogen lainnya adalah pupuk kandang dan bahan2 organis lainnya.
5. Gejala kekurangan nitrogen :
Tanaman tumbuh kurus kerempeng, daun tua berwarna hijau muda, lalu berubah menjadi kekuning-kuningan, jaringatanaman mengering dan mati, buah kerdil, kecil dan cepat masak lalu rontok.
6. Kelebihan nitrogen berakibat :
- Menghasilkan tunas muda yang lembek / lemah dan vegetatif
          - Kurang menghasilkan biji dan biji-bijian
          - Menperlambat pemasakan / penuaan buah dan biji-bijian
- Mengasamkan reaksi tanah, menurunkan PH tanah, dan merugikan tanaman, sebab akan mengikat unsur hara lain,   sehingga akan sulit diserap tanaman.
          - Pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efisien.
** Diolah dari berbagai sumber.

Senin, 14 Juli 2014

Macam-macam Alat Tangkap

Macam-macam Alat Tangkap
Menurut Panduan Kegiatan Terbaik mengenai Standar Inti bagi Pengumpulan, Penangkapan dan Penyimpanan Ikan tahun 2001, pengelolaan perikanan adalah suatu proses terpadu yang mencakup setiap aspek penangkapan ikan. Proses tersebut meliput kegiatan yang berawal dari pengumpulan dan analisis informasi, perencanaan, pengambilan keputusan,pemanfaatan sumberdaya, dan perumusan tindakan penegakan peraturan di bidang pengelolaan perikanan. Tindakan penegakan ini dilaksanakan oleh pihak yang berwenang sehingga dapat mengendalikan perilaku pihak yang berkepentingan. Hal ini ditujukan bagi terjaminnya kelangsungan produktivitas perikanan dan kesejahteraan sumberdaya alam hayati di wilayah pesisir dan laut.
Pemerintah Indonesia bertanggungjawab menetapkan pengelolaan sumberdaya alam Indonesia bagi kepentingan seluruh masyarakat, dengan memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya tersebut. Hal ini juga berlaku bagi sumberdaya perikanan, seperti ikan, lobster dan udang, teripang, dan kerang-kerangan seperti kima, dan kerang mutiara. Sumberdaya ini secara umum disebut atau termasuk dalam kategori dapat pulih. Namun, kemampuan alam untuk memperbaharui ini bersifat terbatas. Jika manusia mengeksploitasi sumberdaya melelebihi batas kemampuannya untuk melakukan pemulihan, sumberdaya akan mengalami penurunan, terkuras dan bahkan menyebabkan kepunahan. Penangkapan berlebih atau ‘over-fishing’ sudah menjadi kenyataan pada berbagai perikanan tangkap di dunia – Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih atau stok yang tersisa bahkan sudah terkuras – hanya 25% dari sumberdaya masih berada pada kondisi tangkap kurang (FAO, 2002). Total produksi perikanan tangkap dunia pada tahun 2000 ternyata 5% lebih rendah dibanding puncak produksi pada tahun 1995 (tidak termasuk Cina, karena unsur ketidak-pastian dalam statistik perikanan mereka). Sekali terjadi sumberdaya sudah 3 menipis, maka stok ikan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali, walaupun telah dilakukan penghentian penangkapan. Masalah ini bahkan sudah menjadi pesan SEKJEN – PBB pada Hari Lingkungan Hidup sedunia tanggal 5 Juni 2004.
Rumpon

Rumpon merupakan salah satu alat penangkapan yang banyak digunakan oleh nelayan di Jawa Barat. Istilah lain rumpon dikenal dengan nama FAD (Fish Agregation Device) sedangkan fungsi dari rumpon ini untuk memikat ikan agar berkumpul di satu daerah penangkapan.
Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Setatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja (1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang, Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia.
Agar kepemilikkan rumpon tidak tertukar atau hilang, maka diberi tanda, misalnya dengan bendera, pelampung, cermin atau tanda lain sesuai keinginan pemiliknya. Gambar berikut memperlihatkan contoh jenis -jenis tanda yang dipasang dirumpon.
Penelitian tentang rumpon terus dilakukan oleh peneliti-peneliti kita. Pada tahun 1999 Arsyad telah melakukan penelitian atraktor rumpon, dia telah mengganti daun kelapa dengan daun lontar dengan asumsi daun lontar jauh lebih tahan dari daun kelapa dan hasilnya sangat berbeda nyata. Rumpon dari daun lontar memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak.
Berbagai jenis alat tangkap mulai dari yang tradisional sampai alat tangkap modern telah memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu. Jenis-jenis alat tangkap berupa bagan tancap di Perairan Sulawesi Selatan menggunakan lampu strong, kin (pressure lamp) sebagai sumber cahaya. Begitu pula alat tangkap purse seine yang beroperasi pada malam hari tersebar luas di Perairan Indonesia merupakan alat tangkap yang memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu, sedangkan bagaimana cara kerja pressure lamp dapat di lihat pada gambar 3.5.
Begitu pula bagan raksasa yang, sifat mobilenya menggunakan lampu mercury sebagai alat bantu. Di Rusia kita kenal perikanan Kilka, sedangkan di Philipina dikenal perikanan basnig dan di Jepang dikenal dengan perikanan Sanno (pacific saucy) semuanya menggunakan alat bantu cahaya.
Dengan demikian, cahaya telah memberikan andil yang besar datam pemanfaatan sumber daya perikanan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknotogi diharapkan dapat membantu pengembangan light fishing ke arah yang lebih maju lagi.

Sero

“Sero” itulah nama alat tangkap ikan yang banyak di jumpai dipinggir laut Kendari. Sero terbuat dari jaring nelayan, bambu, dan kayu. Sero biasanya dipasang di laut pada kedalaman antara 2 smpai 3 meter. Sero dipasang dengan system tancap. Setia pagi pemilik sero melakukan panen ikan.
Karena sistem kerjanya ditancap yang membentang antara 30 sampai 50 meter dalam bentuk anak panah atau busur.
Pada ujung busur disediakan ruang untuk menampung ikan. Ukurannya kurang diameter 150cm. Pada pintu masuk ruang ini dibentuk sedemikian rupa sehingga ikan hanya bisa masuk tapi tidak bisa keluar. System kerjanya persis seperti bubu.

Bubu Dasar

Bubu dasar dapat terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman rotan (rattan netting) dan anyaman kawat (wire netting) dengan derican berbagai macam bentuk. Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau tanpa umpan.

Jala Lempar

Jala lempar merupakan alat tangkap yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pembuatan. Bahannya terbuat dari nilon multifilamen atau dari monofilamen, diameternya berkisar 3 – 5 m. Bagian kaki jaring diberikan pemberat terbuat dari timah.
Jala lempar dioperasikan menggunakan tenaga manusia, cara melemparnya menggunakan teknik-teknik tertentu.
Alat ini banyak dioperasikan di perairan seperti ; sungai, waduk dan danau serta perairan pantai berkedalaman berkisar 0,5 – 10 m. Jenis ikan yang umum ditangkap adalah jenis ikan yang bermigrasi ke daerah pantai seperti ; ikan belanak, julung-julung, udang dll.

Pukat Sotong
Di Malaysia alat tangkap ini khususnya digunakan untuk menangkap Cumi-cumi dengan menggunakan cahaya sebagai alat bantu dan kapal fiberglass berukuran panjang 15,9 m dan lebar 3,6 m.
Alat ini dilengkapi dengan lampu dan jaring, menggunakan bingkai lampu yang panjangnya 4,6 m dan bingkai jaring 11,6 m berdiameter 10,2 cm. Lampu yang digunakan sebanyak 12 buah berkekuatan 500 watt/buah untuk menjangkau jarak 50 m di sekeliling kapal. Jaringnya terbuat dari nylon berbentuk segi empat. Kaki jaring berukuran 9,84 x 6,77 m, ukuran mata jaring 2,4 cm. Bagian mulut jaring dipasang cincin berdiameter 2,4 cm, jarak tiap cincin 0,76 m ditambahkan pemberat yang terbuat dari timah.
Operasi penangkapan dilakukan malam hari saat bulan gelap. Setelah menentukan lokasi (fishing ground) Lampu dinyalakan pada setiap sisi kapal, apabila kumpulan Cumi-cumi terlihat berkumpul disekitar kapal, lampu dipadamkan pada salah satu sisi kapal sehingga kumpulan Cumi-cumi akan terkonsentrasi di sisi kapal yang lebih terang dimana telah dipasang jaring.

Covering Net
Salah satu jenis alat tangkap dengan cara menutup ikan dari atas ialah Covering Net. Bentuk dari alat tangkap ini hampir sama dengan Cash Net (jala lempar) yang umum digunakan pada daerah-daerah yang dangkal seperti pada tambak udang dan ikan. Namun ada juga yang sudah modern seperti Pukat Sotong yang digunakan untuk menangkap Cumi-cumi yang banyak dikembangkan diperairanMalaysia.

Pancing Tonda (Troling Line)
Pancing Tonda (Troling Line) adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik olah perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan palsu. Karena adanya tarikan maka umpan akan bergerak di dalam air sehingga dapat merangsang ikan buas untuk menyambarnya.
Dipasaran terdapat banyak variasi dari Pancing Tonda, terutama untuk pada penggemar sport fishing. Biasanya untuk keperluan komersial hanya bagian desainnya saja yang banyak variasinya.

Pengoperasian Pancing Tonda memerlukan perahu/kapal yang selalu bergerak di depan gerombolan ikan yang akan ditangkap. Biasanya pancing ditarik dengan kecepatan 2 – 6 knot tergantung dari jenisnya.

Rawai (Long Line)

Rawai (Long Line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan.
Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (PA) atau multifilament (PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon). Beberapa perbedaan dari ke dua jenis bahan tersebut dilihat dari segi teknis diantaranya
Bahan multifilament lebih berat dan mahal, mudah dalam perakitannya dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil;
Bahan multifilament lebih tahan dan mudah ditangani, sehingga dalam jangka panjang harganya relatif lebih rendah; Monofilament lebih kecil, halus dan transparan, sehingga dalam pemakaiannya akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik.
Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis yang menyerong,, atau tegak lurus pada arus. Waktu pelepasan tergantung jumlah basket yang akan dipasang, diharapkan pada dini hari sehingga settingan selesai pada pagi hari dimana saat ikan sedang giatnya mencari mangsa.
Umpan yang umum dipakai adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk Berta mempunyai rangka yang kuat tidak mudah lepas pada saat disambar ikan.
Hand Lines
Alat tangkap pancing Hand Lines merupakan alat pancing yang sangat sederhana, terdiri dari pancing, tali pancing dan umpan. Jumlah mata pancingnya satu buah bahkan lebih, bisa menggunakan umpan asli maupun buatan. Namun ukuran pancing dan besarnya tali pancing disesuaikan dengan besarnya ikan yang akan ditangkap, seperti untuk menangkap Ikan Tuna menggunakan tali monofiloment dengan diameter 1,5 – 2,5 mm dengan pancing nomor 5 – 1 dan ditambahkan timah sebagai pemberat.
Surface Trawl
 (Jaring yang dioperasikan di permukaan air)
Jaring ditarik dekat permukaan air (Surface Water) yang bertujuan untuk menarik ikan dipermukaan air. Ada beberapa kendala dalam pengoperasiannya, kecepatan menarik jaring harus lebih cepat dari kecepatan ikan berenang, oleh karena itu jenis Trawl ini sebaiknya digunakan untuk menangkap jenis ikan yang lambat berenangnya.
  
Pukat Udang (Shrimp Trawl)
Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.

Pukat Ikan (Fish Net)
Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk kantong bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan perairan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.

Pukat Kantong (Seine Net)

Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring & terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik (trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.

Jaring Insang (Gillnet)

Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.

Jaring Angkat (Lift Net)
Jaring angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang direntangkn atau dibentangkan dengan menggunakn kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring) sehingga jaring angkat membentuk kantong. 
Pancing (Hook and Lines)
Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan sejumlah pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long line) dan pancing.

Perangkap (Traps)
Perangkap adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya ikan demersal terperangkap atau tertangkap secara alami tanpa cara penangkapan khusus.

Alat Pengumpul Rumput Laut (Sea Weed Colector)
Alat pengumpul rumput laut adalah alat yg digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan rumput laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat penggaruk. Pengumpulannya dilakukan dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong dan alat penggaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang. 

Muroami
Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan dan kantong jaring (cod end). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah perahu/kapal yg diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang. 
Purse Seine

Alat tangkap Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat Cincin atau Pukat Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi panjang dengan pelampung (Floats) di bagian atas dan pemberat (Sinkers) serta cincin besi (Rings) di bagian bawah. Pada saat dioperasikan, kapal yang membawa alat tangkap ini melingkari sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon dan lampu berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk sempurna maka tali kolor (Purse Line) yang terdapat di bagian bawah akan ditarik melewati cincin-cincin besi yang bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat tangkap ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan segerombolan ikan yang terkurung di dalamnya. Selanjutnya seluruh jaring akan ditarik ke sisi kapal dan ikan yang tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring secara otomatis.

** diolah dari berbagai sumber