Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Jumat, 19 Januari 2018

Sekilas Mengenai Kima

Sekilas Mengenai Kima


Kima dari genus Tridacna dan Hippopus merupakan spesies bernilai ekonomi tinggi, selain dagingnya terutama otot aduktor dan mantel dikonsumsi, cangkangnya yang keras dapat dijadikan sebagai wadah, hiasan, dan bahan baku pembuatan keramik. Kima yang umum dipungut di sepanjang rataan terumbu (reef flat) yaitu kima pasir/ fika-fika (Hippopus hippopus) dan kima cina (Hippopus porcellanus) keduanya banyak ditemukan di daerah padang lamun (Seagrass), sedangkan di perairan agak dalam ditemukan kima raksasa (Tridacna gigas) dan kima lubang (Tridacna crocea). Negara Jepang, Taiwan, Chian dan Singapura merupakan sebagai negara pengimpor daging kima yang cukup besar.
Spesies kima yang ada di Perairan Indonesia, sebagai berikut ;

Nama Indonesia
Nama Latin
Nama Dagang
Kima raksasa
Tridacna gigas
Giant clam
Kima air, kima selatan
Tridacna derasa
Smooth giant clam, southern giant clam
Kima sisik
Tridacna squamosa
Scally clam
Kima kecil
Tridacna maxima
Small giant clam
Kima lubang, tolang
Tridacna crocea
Boring clam, saffron clam, coloured boring clam
Kima pasir, fika-fika, kima tapak kuda, kima kuku beruang
Hippopus hippopus
Strawberry clam, horse hoof, bear paw clam
Kima cina
Hippopus porcellanus
China clam

Dilihat dari cara hidupnya, kima dapat dibagi ke dalam 2 golongan. Golongan pertama meliputi spesies kima yang hidupnya membenamkan diri pada batu karang, kima ini disebut kima pembor (Tridacna crocea dan Tridacna maxima), dan golongan kedua meliputi spesies kima yang cara hidupnya bebas, menempel atau berbaring diantara batu karang atau dasar berpasir di daerah terumbu karang dan padang lamun (Tridacna gigas, Tridacna derasa, Tridacna squamosa, Hippopus hippopus, dan Hippopus porcellanus).  







Kima mempunyai keistimewaan dalam mendapatkan makanan di alam, selain memperoleh makanan dari lingkungan sekitarnya, kima juga sebagai media pertumbuhan. Kima memiliki mantel yang merupakan substrat bagi sejenis alga bersel satu (zooxantella), hubungan simbiosis mutualisme, yakni kima memperoleh alga sebagai pakan dan alga memperoleh hasil proses metabolisme dari kima sebagai bahan pertumbuhan. Cangkang berwarna terang yang merupakan jaringan sifonal, yang disebabkan adanya interaksi berbagai pigmen yang berkumpul. Warna terang tersebut melindungi jaringan kimadari kerusakan akibat sinar matahari yang digunakan oleh zooxantella untuk berfotosintesis. Pada permukaan mantel terdapat organ yang membantu meneruskan cahaya matahari pada jaringan selnya, disekitar inilah zooxantella tumbuh paling banyak pada tubuh kima bagian luar.

Kima dari suku Tridacnidae termasuk kelompok hermaprodit, kima muda bersifat hermaprodit protandri, yakni berkelamin jantan dan menjadi hermaprodit sinkroni, dimana setiap kima dilengkapi sel telur dan sperma setelah dewasa. Pembuahan terjadi di luar tubuh, mekanisme pembuahan kima diawali dengan penyemprotan sel jantan (sperma) kemudian disusul sel telur (ovum). Telur kima bersifat plaktonik yang menyebar, terbawa arus dan dapat merangsang induk kima lain untuk serempak memijah. Jumlah telur yang dihasilkan kima mencapai jutaan, dengan diameter telur 100 mikron dan menetas menjadi trokhofor (trochopore) sekitar 12 jam setelah pembuahan, dan dari veliger menjadi pediveliger. Pediveliger telah memiliki kaki jalanyang berfungsi mencari substrat untuk menempelkan diri. Setelah menemukan substrat, velum menghilang dan pediveliger berubah menjadi spat atau kima muda yang akan menempel pada karang mati dengan bantuan serabut.

Terancam punah, butuh penyelamatan
Nilai ekonomi adalah faktor pendorong terpenting eksploitasi kima di alam. Pengambilan kima secara besar-besaran di perairan kawasan Indo-Pasifik terjadi pada tahun 1980-an hingga awal 1990-an, yang menyebabkan terjadinya over fishing. Kima dimasukan ke dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) sebagai biota yang dilindungi. Pemerintah Indonesia melindungi kima melalui SK Menteri Kehutanan No.12/KPTS-II/1987, namun eksploitasi kima terus terjadi sehingga ada 3 jenis spesies kima yang sudah jarang ditemukan yaitu Tridacna gigas, Tridacna derasa, dan Hippopus porcellanus.

Di kawasan Taman Nasional Laut Takabonerate didapatkan 17-33 ekor/ha spesies Tridacna gigas, 8-12 ekor/ha Tridacna derasa, dan 8-17 ekor/ha spesies Hippopus porcellanus. Populasi kima dianggap masih tinggi, jika mencapai jumlah diatas 30 ekor/ha, dengan demikian populasi kima di Indonesia mengalami penurunan. Laju reproduksi dan pertumbuhan yang tidak secepat aju penangkapan dan kematian kima di alam disebabkan oleh juga oleh memburuknya kualitas lingkungan akibat rusaknya habitat hidup biota tersebut dialam karena praktik penangkapan ikan yang destruktif. Oleh karena itu, usaha budidaya merupakan langkah bijak untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan kima di alam. James Cook University, Australia melakukan penelitian pengembangbiakan kima secara terkontrol, kemudian diaplikasikan oleh MMDC (Mironesia Marine Developmnet Center) di Soloman, ICLARM (The International Center for Living Aquatic Resources Management) di Honiora Uiversitas Philipina, Siliman University, dan Universitas Hasanuddin, Makasar.         





Sumber : Review Artikel “Menyelamatkan Kima” diambil dari Buku “Pengelolaan Perikanan Indonesia : Catatan Mengenai Potensi, Permasalahan dan Prospeknya”, M. Ghufran H. Kordi, Penerbit Pustaka Baru Press : 2015, Hal. 237 – 250.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar