Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Minggu, 28 Mei 2017

Sekilas Mengenai Ikan Napoleon

Sekilas Mengenai Ikan Napoleon


Ikan napolen (Cheilinus undulatus) merupakan ikan karang yang berukuran besar, dengan ukuran mencapai 2 m dan berat 190 kg. Ikan yang mempunyai pola hermaprodit protogini ini banyak ditemukan di terumbu karang kawasan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Ikan napoleon merupakan salah satu spesies yang masuk daftar merah International Union for The Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), lembaga yang menetapkan potensi sumber daya sebagai batas kritis, langka dan terancam populasinya. Seperti namanya ikan karang, napolen hidup diantara terumbu karang dan mengisi sebagian besar perairan yang memiliki gugus batu karang yang besar, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya napoleon memangsa ikan-ikan kecil, kerang-kerangan, bintang laut, teripang, dan cacing laut. Ikan napolen merupakan salah satu keluarga Wrasse, dimana dalam aksi berenang mereka mirip burung ketika terbang, dengan mengepak-ngepakan sirip dada. Adapun klasifikasi ikan napolen adalah sebagai berikut :
  
Filum                      : Chordata
Kelas                      : Actinopterygii
Ordo                      : Perciformes
Famili                     : Labridae
Genus                    : Cheilinus
Spesies                   : Cheilinus undulatus
Nama Inggris          :  Napoleon Wrasse, Humphead Wrasse, Napoleonfish,    Maori Wrasse
Nama Umum          :  Ikan Napoleon Nama Lokal  : Mengkait (Kep. Natuna), Maming (Kep. Seribu dan Sulawesi), Siomay (Bangka Belitung), Bele-bele (Kep. Derawan), Lemak (Kep. Karimun Jawa), Ketipas (Kep. Anambas) dan Licin (Nunukan)


Faktor pemijahan yang rendah, tingkat kelulusan hidup (survival rate) nya Cuma 2-3%, dan eksploitasi besar-besaran menjadi penyebab utama semakin menurunnya jumlah populasi ikan yang dijuluki king of ocean ini.  Wajar jika di Indonesia larangan itu bukan Cuma penangkapan seperti yang tercantum dalam SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 37/KEPMEN-KP/2013 tentang penetapan status perlindungan ikan napoleon (Cheilinus undulatus), namun perdagangan ikan napoleon pun dilarang seperti yang tercantum dalam SK Menteri Perdagangan RI No.94/Kp/V/95 dicantumkan larangan mengekspor ikan napolen dlam keadaan hidup atau mati, bagian-bagiannya maupun barang-barang yang terbuat dari ikan tersebut. CITES (Convention on International Trade in endangered Species of Wild Flora and Fauna) pun memasukan ikan napolen ini sebagai satwa yang haram diperdagangkan. Namun jauh sebelumnya atas dasar ekses kerusakan habitat yang ditimbulkan oleh penangkapan yang merusak, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 375/Kpts/IK.250/95 tentang Larangan Penangkapan Ikan Napoleon Wrasse (Cheilinus undulatus) dan dengan Keputusan Dirjen Perikanan Nomor HK.330/Dj.8259/95 tentang ukuran, lokasi dan tata cara penangkapan ikan Napoleon Wrasse yang ketika itu Dirjen Perikanan masih di bawah Departemen Pertanian.

Kasus yang pernah terjadi di perairan Indonesia, adanya sindikat mafia asal Hongkong yang menjarah ikan karang (napoleon, kerapu, dsb) dengan cara destruktif menggunakan bom potasium. Sindikat tersebut memasok bom potasium tersebut kepada nelayan lokal di pulau-plau terkecil dan memborong hasil tangkapannya, harga ikan napoleon di tingkat nelayan lokal dihargai sekitar Rp. 600.000-800.000,- per kg. Dalam sebulan kapal mafia Hongkong tersebut singgah sampai 2 kali dan membawa pulang 15 ton ikan karang hidup.

Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang perlindungan terbatas ikan napoleon ini nantinya, kegiatan pengawasan di lapangan akan dilakukan oleh Pengawas Perikanan dan aparat pengawas lainnya, satu hal yang pasti, pengawasan terhadap aktivitas pemanfaatan ikan napoleon ini menjadi salah satu tugas pokok aparat pengawas perikanan. Dengan jumlah dan kemampuan aparat pengawas perikanan yang ada saat ini, besar keyakinan pengawasan kegiatan perikanan napoleon dapat berjalan dengan lebih baik, termasuk di jalur peredarannya. Aparat karantina ikan yang ada akan berjalan saling sinergis dengan aparat pengawasan di lapangan, karena berada dibawah satu komando Menteri Kelautan dan Perikanan.




Referensi :
Intisari Edisi Oktober 2001. Artikel I Gede Agung Yudana : Ikan napoleon si buruk rupa yang lezat. Hal. 74-79, 120-121.
https ://pecintasatwa.com. Artikel Hernda Pertiwi : Ikan napolen-raja laut yang diambang kepunahan.

https://m.detik.com. Kamis, 10 September 2015.

Rabu, 10 Mei 2017

Peningkatan Pertumbuhan Ikan Budidaya Melalui Pemotongan Sirip

Peningkatan Pertumbuhan Ikan Budidaya Melalui Pemotongan Sirip

Dalam kegiatan budidaya ikan pertumbuhan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha, hal ini sangat wajar karena nilai tukar rupiah atau harga jual ditentukan oleh bobot akhir ikan yang telah dipelihara dan siap dipasarkan. Pertumbuhan itu sendiri merupakan pertambahan massa ikan yang terukur melalui panjang dan bobot tubuh ikan. Dalam rangka mendukung peningkatan produksi hasil perikanan budidaya, diperlukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi dari berbagai pihak yang terkait dan kompeten.

Upaya untuk memacu pertumbuhan telah banyak dilakukan, antara lain melalui manipulasi lingkungan, pemberian hormon maupun efesiensi pakan. Namun pendekatan tersebut cukup mahal dan dapat meninggalkan residu yang kurang menguntungkan bila dikonsumsi, sehingga dapat menurunkan keamanan pangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha memacu pertumbuhan secara aman dan murah, yaitu melalui pemotongan sirip ekor. Namun faktor pakan juga penting dalam pertumbuhan, pakan yang diberikan hendaknya mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan ikan.
    
Pemotongan sirip bertujuan untuk mengurangi aktifitas gerak ikan (berenang) sehingga energi yang tersedia untuk aktifitas kehidupan lainnya, diantaranya adalah memacu pertumbuhan. Hal ini karena bagi ikan berenang merupakan aktifitas hidup yang khas dan banyak memerlukan energi. Jika ikan makan dengan suplai normal tetapi aktifitasnya berkurang maka nilai pertumbuhannya menjadi meningkat.    



  1.  Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha Solang dan Djuna Lamondo pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam keramba jaring apung adalah sebagai berikut : melakukan pengujian pemotongan sirip ekor ikan nila terhadap 3 perlakuan yaitu (A) tanpa dipotong/ kontrol, (B) sirip ekor dipotong setengah dari panjang, dan (C) sirip ekor dipotong seluruhnya. Dari masa pemeliharaan 4 bulan didapatkan hasil rata-rata pertambahan berat yaitu perlakuan (A) sebesar 126.733 gr, (B) sebesar 129.931 gr, dan (C) sebesar 224.137 gr. Kemudian untuk rata-rata pertambahan panjangnya yaitu perlakuan (A) sebesar 8.41 cm, (B) sebesar 9.82 cm, dan (C) sebesar 11.25 cm.Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa pemotongan sirip ekor dapat meningkatkan rata-rata pertambahan berat dan panjang ikan nila.  
  2. Peneltian Eggar Patriono, Endri Junaidi dan Asri Setriorini pada ikan mas (Cyprinus carpio) dalam akuarium adalah sebagai berikut : melakukan pengujian pemotongan sirip ikan mas terhadap 4 perlakuan yaitu (A) tanpa pemotongan/ kontrol (B) pemotongan sirip dorsal (C) pemotongan sirip ventral (D) pemotongan sirip kaudal. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pertumbuhan tertinggi pada perlakuan (D) sebesar 4.23 cm, diikuti perlakuan (C) sebesar 3.76 cm, kemudian perlakuan (B) sebesar 3.64 cm, dan perlakuan (A) sebesar 3.01 cm.  

Dari kedua hasil penelitian tersebut diatas pada dua jenis ikan budidaya yang berbeda (nila dan mas) dapat disimpulkan bahwa pemotongan sirip pada ikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan itu sendiri. Seperti disebutkan diatas bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor genetika masing-masing individu, jenis strain, jenis ikan serta faktor lingkungan terutama pakan. Pemotongan sirip pada ikan terutama sirip ekor (Kaudal) memberikan respon yang paling baik, namun hal tersebut bukan merupakan faktor penentu utama dalam pertumbuhan karena tujuan pemotongan sirip tersebut hanya untuk menimimalkan atau mengurangi aktifitas gerak dari ikan budidaya, sehingga energi yang didapatkan dari nutrisi pakan ikan diharapkan dapat dialihkan ke pertambahan panjang dan bobot ikan budidaya.

Sumber :
    1.      Solang, Margaretha dan Lamondo, Djuna. Peningkatan Pertumbuhan dan Indeks Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus L) Melalui Pemotongan Sirip Ekor. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol. 19(3) Desember 2009 : 143-149
   2.     Patriono, Eggar, Junaidi, Endri dan Setiorini, Asri. Pengaruh Pemotongan Sirip Terhadap Pertumbuhan Panjang Tubuh Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Jurnal Penelitian Sains Edisi Desember 2009 (D) 09: 12-13


Seri Penanganan Ikan Pasca-Panen Bagian 1 : Teknik Pengemasan Benih Ikan

Seri Penanganan Ikan Pasca-Panen Bagian 1 :
Teknik Pengemasan Benih Ikan

Pasca-panen merupakan akifitas yang dilakukan setelah pembudidaya mendapatkan produksi ikan yang diinginkan. Kegiatan pasca-panen meliputi pengemasan, pengangkutan dan penebaran benih ikan. Kegiatan penanganan ikan pasca-panen sebaiknya dilakukan secara baik dan benar, agar kualitas tetap terjaga sehingga harga jual tidak turun.
          Pada artikel seri 1 ini akan dibahas mengenai teknik pengemasan (packing) ikan hasil panen. Cara packing harus disesuaikan dengan jarak lokasi usaha ke konsumen, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan keawetan ikan agar sampai ke tangan konsumen dalam keadaan aman dan baik. Teknik pengemasan ikan konsumsi sedikit berbeda dengan pengemasan benih ikan, untuk pengemasan ikan konsumsi tujuannya mempertahankan kesegaran ikan, sedangkan pengemasan benih ikan tujuannya mempertahankan daya hidup benih ikan.
Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik :
1.    masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih
2.    hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air
3.    alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2)
4.    kantong plastik lalu diikat

5.    kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik
Gambar 1. Perhitungan benih ikan yang akan dipacking
Gambar 2. Pengisisan ikan dilanjutkan pengisian oksigen ke wadah plastik
Gambar 3. Pengikatan wadah plastik