Sistem Produksi &
Pengawasan Mutu Kerupuk Udang
Pendahuluan
Salah satu cara pengawetan udang adalah dengan
mengubah bentuk udang mentah menjadi produk kerupuk dengan penambahan
bahan-bahan lainnya. Kerupuk merupakan salah satu makanan olahan tradisional
yang digemari di Indonesia. Kerupuk dikenal baik disegala usia maupun tingkat
sosial masyarakat, dan mudah diperoleh di segala tempat, baik toko di pinggir
jalan, supermarket maupun di restoran hotel berbintang.
Kerupuk udang adalah kerupuk yang bahannya terdiri
dari adonan tepung dan udang. Kerupuk udang mempunyai beberapa kualitas
bergantung pada komposisi banyaknya udang yang terkandung dalam kerupuk.
Semakin banyak jumlah udang yang terkandung dalam kerupuk semakin baik
kualitasnya. Kerupuk udang dibuat dengan bahan dasar tepung tapioka (gandum),
dari bahan tersebut ditambahkan sejumlah udang segar atau udang kering dan
bumbu seperti bawang putih, bawang merah, garam, gula, dan air.
Produksi Kerupuk Udang
Kerupuk udang yang diproduksi dibuat dengan bahan
baku tepung tapioka, tepung terigu, udang, telur, garam, gula, dan bumbu.
Tepung tapioka adalah tepung yang diperoleh dari ubi kayu segar (Manihot utilissima) setelah melalui cara
pengolahan, dibersihkan dan dikeringkan. Tapioka yang digunakan dalam pembuatan
kerupuk udang harus berwarna putih, bersih, kering, tidak bau apek, tidak
masam, dan murni atau tidak mengandung benda asing.
Pada dasarnya baik udang segar/ udang kering dapat
digunakan sbg bahan baku pembuatan kerupuk udang. Udang segar yang bisa
digunakan untuk pembuatan kerupuk udang harus memiliki ciri-ciri warna
transparan, tidak berbau, dan tidak berlendir. Sedangkan udang kering yang
digunakan untuk pembuatan kerupuk udang adalah tidak berjamur, berbau khas dan
tidak ada kristal di permukaannya.
Telur yang ditambahkan pada pembuatan kerupuk
dimaksudkan untuk meningkatkan gizi, rasa dan bersifat sebagai pengemulsi serta
pengikat komponen adonan. Pemberian gula dan garam dalam pembuatan kerupuk
udang berperan sebagai penambah cita
rasa dan pengawet, sedangkan bumbu meningkatkan aroma dan cita rasa
kerupuk. Tahapan pembuatan kerupuk udang
sangat sederhana, yaitu meliputi persiapan bahan, pembuatan bubur adonan,
pembuatan dodolan, pengukusan, pengirisan, dan penjemuran.
Pengolahan kerupuk udang berkualitas ekpor yang
dilakukan oleh perusahaan telah memanfaatkan teknologi dan berskala industri
yang meliputi tahapan persiapan, processing, supply, potong dan tebar,
pengeringan, sortasi, dan pengemasan.
Cara produksinya harus menerapkan sistem HACCP dan menerapkan sanitasi
dan hygiene perusahaan/ pekerja.
Pengawasan mutu merupakan program atau kegiatan
yang tak terpisahkan dengan dunia isndustri, yaitu usaha yang meliputi proses
produksi, pengolahan dan pemasaran produk.
Dalam industri pangan modern, pengawasan mutu banyak menguunakan analisa
mutu berdasarkan prinsip-prinsip ilmu dan teknologi yang makin canggih, namun
disamping itu penilaian secara indrawi/organoleptik tetap dipertahankan. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kerupuk
udang antara lain adalah kadar air, volume pengembangan dan kemasan.
Kerenyahan kerupuk sangat ditentukan oleh kadar
airnya. Semakin banyak mengandung air,
kerupk udang akan semakin kurang renyah.
Kadar air yang terikat dalam kerupuk sebelum digoreng sangat menentukan
volume pengembangan kerupuk matang.
Prosentase kandungan tepung lebih banyak dibanding
udangnya, maka daya kembang kerupuk akan semakin berkurang. Sebaliknya bila perbandingan tepung dengan
udang seimbang maka daya kembang kerupuk akan semakin besar.
Salah satu parameter mutu kerupuk goreng adalah
volume pengembangan, sedangkan volume pengembangan dipengaruhi oleh kadar air
kerupuk mentah dan suhu penggorengan.
Pengemasan berfungsi untuk melindungi produk dari pengaruh lingkungan
dan untuk memberi pengaruh visual.
Selain itu pengemasan juga unuk mempermudah penanganan serta distribusi
dan memperpanjang masa simpan produk yang dikemas. Terdapat hubungan antara
kemasan dengan mutu produk yang dikemas.
Pengemasan akan
menjaga produk dari perubahan aroma, warna, testur yang dipengaruhi oleh
perpindahan uap air dan oksigen. Kemasan
yang digunakan oleh perusahaan adalah kemasan primer dan sekunder, artinya pada
kemasana primer, kerupuk dikeas dalam plastik, kemudian dimasukkan kedalam
karton, dan “sring”. Setelah kemasan
selesai kemudian dimasukkan kedalam karton besar, pada kemasan bagian dalam
dicantumkan kode produksi dan tanggal kadaluarsa sedangkan pada bagian luar
dicantumkan tanggal produksi. Hal ini dimasudkan agar pada saat pengiriman dan
pemasaran dapat menerapkan sistem FIFO (first
in and out), barang yang telah dikemas kemudian disusun dalam gudang.
Sumber : Penelitian
Diana Nur Afifah, UNDIP Semarang.