Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Rabu, 21 November 2018

Maggot, pakan ikan alternatif


Maggot, pakan ikan alternatif


Hasil riset peneti di Loka riset budidaya ikan hias air tawar (LRBIHAT) Bogor, maggot alias belatung yang merupakan larva lalat Hermetia illucens kaya akan nutrisi, kandungan protein maggot mencapai 40%, kadar ini lebih tinggi daripada pakan buatan (pelet), protein penting bagi kelangsungan hidup ikan terutama untuk pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Hasil uji maggot sebagai pakan memakai ikan hias asal jambi Balashark (Balantiochelius melanopterus) berbobot 1-2 gr/ ekor memuaskan, asupan 70% pelet udang dan 30% maggot sebagai pakan selama 12 minggu membuat ikan balashark tumbuh 3 kali lebih besar daripada kontrol yang diberi 100% pelet udang, tingkat kelulusan hidup atau survival rate balashark naik 2 kali lipat mencapai 90% dari sebelumnya, indikatornya tergambar jelas peningkatan jumlah sel darah putih dari 2-juta sel/ mm3 menjadi 3-juta sel/ mm3 di tubuh sel darah putih adlah pasukan tempur yang menggempur penyakit. Sel darah merah yang bertugas menyebarkan sari makanan ke seluruh tubuh pun melambung dari 2.800 sel/mm3 menjadi 4.500 sel/ mm3 efeknya sari-sari makan lebih cepat terserap tubuh menjadi energi.

           
Uji lain memakai ikan konsumsi lele Clarias gariepinus memperlihatkan efek yang sama, pengujian tim Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi menunjukan penurunan signifikan nilai FCR (rasio konversi pakan), dengan memakai campuran 50% maggot pada pelet nilai FCR turun menjadi 1,16 dari sebelumnya 1,42. Disini selisih nilai FCR 0,26, artinya mencetak 1 kg lele cukup membutuhkan 1,16 kg pakan.


Peluang maggot menjadi pakan alternatif memang terbuka lebar, apalagi dapat mengantikan fungsi tepung ikan sebagai sumber prtein pada pelet. Industri pakan ikan di tanah air masih bergantung pada tepung ikan impor dari negara amerika latin seperti chili dan peru. Tepung ikan berasal dari ikan tangkapan laut yang kini jumlah penangkapan terus menurun, padahal kebutuhan pakan untuk ikan budidaya terus meningkat seiring meningkatnya konsumsi ikan akibat pertambahan jumlah penduduk. Saat ini konsumsi ikan Indonesia sekitar 15 kg/kapita/tahun, jauh dari standar FAO sebesar 25 kg/kapita/tahun.

Maggot tidak sulit dibudidayakan, media ampas tahu, tapioka dan palm kernel meal alias bungkil kelapa sawit, dapat dipakai membiakan larva lalat. Riset menunjukan bahwa dengan 3 kg bungkil kelapa sawit dapat dihasilkan 1 kg maggot, bandingkan dengan ampas tahu hanya menghasilkan 0,25-0,5 kg maggot.

Sumber : Majalah trubus Edisi 476-Juli 2009/XL (Artikel : Maggot, pakan hebat)

Perlukah penyuluh perikanan menguasai potensi wilayah ?


Perlukah penyuluh perikanan menguasai potensi wilayah ?


Salah satu indikator keberhasilan seorang penyuluh perikanan adalah tersedianya data atau informasi wilayah kerja/ binaan tentang potensi wilayah, ekosistem perairan, atau permasalahan individu, kelompok, dan masyarakat kelautan dan perikanan yang akurat dan terkini. Memang harus diakui keunggulan penyuluh perikanan saat bertugas di lapangan yaitu dalam hal penguasaan data potensi wilayah, oleh karena itu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaen/ Kota dalam melaksanakan kegiatan statistik kelautan dan perikanan tentunya melibatkan penyuluh perikanan sebagai petugas enumeratornya.
Potensi sumberdaya alam (SDA) menjadi modal utama bagi penyuluh dalam membangun wilayah kerjanya, artinya penyuluh perikanan bersama aparat pemerintah tekait serta dukungan partisipasi masyarakat kelautan dan perikanan bersinergi untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam menggali potensi wilayah yang ada menjadi bermanfaat bagi pembangunan kelautan dan perikanan di wilayah kerjanya. Bermanfaat bisa berarti meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan, nilai tambah dan daya saing serta peningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Untuk mencapai hasil yang baik penyuluh perikanan perlu mempersiapkan suatu “instrumen” dalam mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis data potensi wilayah kerjanya. Instrumen tersebut bisa dilakukan dengan berbagai metode seperti PRA (participatori rural appraisal), SWOT analisis, penyusunan monografi, dan lain sebagainya tergantung dari kondisi dan kemampuan penyuluh perikanan itu sendiri.
Hal pertama dalam penyusunan potensi wilayah kerja tentunya kita memerlukan data/ informasi. Data  adalah  catatan  atas  sekumpulan  fakta  sebagai  pernyataan  yang  diterima  dan/ atau  hasil  pengukuran  serta  pengamatan suatu  variabel  yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra. Data/ informasi dapat kita diperolah dengan cara mengumpulkan atau mengidentifikasi, data/ informasi dapat diperoleh dari 2 sumber yaitu :
1.       Data/ informasi  primer  adalah  data  yang  diambil/ diperoleh  langsung  dari lapangan,  biasa  disebut  sebagai  penelitian  (identifikasi,  pengamatan  dan/ atau wawancara) lapangan/ penelitian empiris/ penelitian data sosiologis.
2.       Data/ informasi sekunder adalah data yang sudah tersedia dan didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian.
Contoh data demografi (terkait kondisi kependudukan dan wilayah), data produksi kelautan dan perikanan, informasi permasalahan pelaku utama, serta data prasarana/ fasilitas umum penunjang.
Langkah berikutnya pengolahan data/ informasi, yaitu dengan cara pengelompokan  atau  pengkategorian  atau  pengurutan/ pemeringkatan/ tabulasi  data. Pengolahan data mutlak dilakukan karena data - data yang tadinya terpisah atau masih acak dapat dirapikan dalam suatu tampilan sehingga akan mempermudah orang lain membacanya. Contoh pengolahan data dalam bentuk tabulasi data adalah sebagai berikut :

Table 1. Perumusan masalah pelaku utama
No
Jenis Usaha
Penerapan teknologi saat ini
Masalah
Teknis
Sosial
Ekonomi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.
Budidaya ikan
Semi-intensif
Sulitnya mendapatkan benih unggul
Konflik kepentingan penggunaan air untuk sector lain seperti pertanian.
Rendahnya harga jual ikan ukuran kosumsi yang dipanen
2.
Dst.




3.
Dst.





Terakhir menganalisis  data/ informasi  merupakan  kegiatan  penguraian  serta penelaahan  terhadap  data  yang  telah  diolah  untuk  menghasilkan  sebuah pengertian yang tepat atau pemahaman arti secara keseluruhan. Menganalisis suatu data/ informasi merupakan tahapan terakhir yang membutuhkan kerja sama antar stakeholder, hal ini dilakukan supaya kesimpulan potensi wilayah yang dihasilkan bukan merupakan hasil pemikiran penyuluh perikanan saja tetapi partisipasi segenap pihak yang berkepentingan. Analisis data dapat dilakukan melalui analisis GMP dan PKS. Analisis GMP dengan cara perangkuman menurut urutan prioritas yang diberi nilai atau skoring sesuai kesepakatan bersama.
Table 2. Analisis GMP
No
Jenis Masalah
Skor
Jumlah Skor
Gawat
Mendesak
Penyebaran
(1)
(2)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.
Sulitnya mendapatkan benih unggul
2
3
1
6
2.
Konflik kepentingan penggunaan air untuk sector lain seperti pertanian.
1
3
1
5
3.
Rendahnya harga jual ikan ukuran kosumsi yang dipanen
2
2
2
6

Dst.





Setelah dilakukan analisis GMP selanjutnya analisis PKS sebagaimana contoh  berikut :
 Table 3. Analisis PKS
No
Urutan Prioritas Masalah
Tinjauan Aspek
Pengetahuan
Ketrampilan
Sikap
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1.
Sulitnya mendapatkan benih unggul
Pembudidaya diarahkan untuk menggunakan benih yg diproduksi oleh UPR, HSRT atau BBI yang telah menerapkan CPIB


2.
Konflik kepentingan penggunaan air untuk sektor lain seperti pertanian.

Membuat saluran pendistribusian air yang dpt menyediakan persedian air scr merata
Membuat kesepakatan terhadap pihak lain yg berkepentingan
3.
Rendahnya harga jual ikan ukuran kosumsi yang dipanen

Memperbaiki cara panen& pasca-panen sehingga ikan hasil produksi  tidak rusak.
Mengatur pola tanam dan panen, sehingga tidak terjadi penumpukan produksi yang menyebabkan harga ikan turun

Dst.




Untuk lebih mendalam dalam mengurai atau menelaah suatu data, ada baiknya perlu ditambahkan argumen atau pendapat terhadap data/ informasi tersebut dari sumber yang up-date dan dapat dipercaya, sehingga gambaran potensi wilayah yang dihasilkan akan lebih akurat.
Daya kreatifitas dan inovatif dari seorang penyuluh perikanan akan menghasilkan suatu terobosan (breakthrough) baru selama masih dalam suatu koridor yang layak dan tidak bertentangan dengan hal/ urusan lain, tentunya akan memberikan nilai positif bagi pembangunan kelautan dan perikanan di wilayah kerjanya.
* Diolah dari berbagai sumber