Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Senin, 25 Juni 2018

MUHAMMAD ZAHID SIDQI


TIDUR










Edisi Beberapa Sumber Daya Ikan yang Dominan di Kecamatan Kepulauan Pongok Kabupaten Bangka Selatan






Edisi Poster Perikanan























Sistem Pencernaan Ikan


Sistem Pencernaan Ikan


Mencerna secara umum dapat diartikan sebagai membebaskan energi yang tersimpan dalam makanan dan mengubahnya  ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan, menjaga kesehatan, dan tumbuh. Proses pencernaan pada ikan pada dasarnya akan membangkitkan proses metabolisme ikan yang mau tidak mau harus dicermati dengan baik, terutama kalau kondisi lingkungan ikan tersebut berada pada kondisi ekstrim.

Proses pencernaan
Proses mencerna makanan pada ikan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut ikan, dan berakhir pada saat kotoran dikeluarkan dari tubuh ikan melalui anus. Selama proses berlangsung, terjadi penguraian bahan makanan tersebut, baik secara fisika maupun kimia, ke dalam bentuk molekul-molekul yang lebih sederhana yang kemudian diserap oleh tubuh ikan melalui dinding usus dan masuk ke dalam jaringan peredaran darah.


Perangkat pencernaan
Secara umum perangkat pencernaan terdiri dari, mulut, kerongkongan, area penyerapan makanan, dan area pemadatan sisa makanan yang tidak bisa dicerna. Dalam adaptasi terhadap jenis makanan yang dikonsumsi, ikan menunjukan variasi perangkat pencernaan seperti terlihat pada perbedaan struktur mulut dan gigi, tekak, perut dan panjang usus.
     
Pada ikan karnivora dan omnivora dijumpai perut, sedangkan pada herbivora tidak ditemukan perut, sebagai gantinya dijumpai perluasan area dari midgut. Keberadaan gigi yang terletak di rahang atau bagian rongga mulut ternyata mempunyai peran yang berbeda, pada ikan karnivora berfungsi untuk memegang makanan agar tidak lepas, sedangkan pada ikan herbivora berfungsi untuk menghancurkan makanan sebelum memasuki perut. Pada ikan karnivora terdapat perut yang menghasilkan HCL (asam perut) dan enzim pencernaan untuk melembutkan makanan dan memicu penguraian makanan ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Usus ikan karnivora lebih pendek dibandingkan usus ikan herbivora.
Hati dan empedu pada ikan memgang peranan penting dalam pencernaan, hati mengolah hasil proses pencernaan ke dalam bentuk yang berguna dan membantu pencernaan dengan menghasilkan cairan empedu.
Cairan empedu berfungsi antara lain membantu proses pengemulsian  dan penyerapan lemak/ lipid, membantu menetralkan HCL sehingga mencegah luka pada usus akibat HCL tersebut, menyerap bahan beracun dikembalikan ke dalam usus untuk dikeluarkan melalui saluran pembuangan.


Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ikan merupakan ekpresi dari interaksi ikan dengan lingkungan dan kondisi fifiologisnya. Kondisi lingkungan yang berpengaruh pada kebiasaan makan antara lain temperatur, intensitas sinar, musim, dan siklus. Kondisi fifiologis ikan yang ikut mempengaruhi seperti indra perasanya. 
Berbagai kandungan gizi pada pakan ikan memiliki fungsi untuk menjaga ikan agar tetap hidup dan tumbuh. Proporsi keperluan gizi ikan dan jumlahnya ditentukan oleh : spesies, tahap pertumbuhan, status reproduksi, dan faktor luar seperti suhu, habitat dan musim. 

Sumber : Aquatica Magazine, Volume 01 No. 04.

Mengenal Penyakit White Spot (Ich)

Mengenal Penyakit White Spot (Ich)
  



Penyakit ikan mudah sekali ditularkan dari satu ikan ke ikan yang lain dalam satu wadah budidaya melalui kulit, insang dan terutama air sebagai media hidup ikan. Seringkali terlihat, ikan yang semula terlihat sehat, setelah sekian lama dipelihara tiba-tiba menunjukan gejala serangan penyakit pada beberapa bagian tubuh ikan tersebut. 
Penurunan produksi dapat diakibatkan oleh adanya wabah penyakit, hama & pengganggu. Penyebab turunnya produksi harus dikendalikan & diberantas tuntas tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.
Pengenalan terhadap suatu jenis penyakit serta penyebabnya, akan membantu dalam pengendalian & penanggulangan penyakit tertentu.
Penyakit white spot yang menyerang ikan air tawar merupakan salah satu penyakit yang sering muncul dan meresahkan bagi para pembudidaya ikan, penyebabnya adalah parasit Ichthyophthirius multifiliis merupakan protozoa bersilia (bulu getar) & memiliki tanda klinis bintik putih pd bagian tubuh ikan.



Gambar 1. Parasit protozoa Ichthyophthirius multifiliis penyebab penyakit White spot

Klasifikasi Ichthyophthirius multifiliis
Ichthyophthirius multifiliis  merupakan ekto-parasit yang menyebabkan penyakit white spot atau penyakit ich, penyakit yang menginfeksi dan merusak kulit, insang, sirip maupun mata pada spesies ikan air tawar. Ich termasuk ke dalam filum protozoa, sub-filum Ciliophora, kelas Ciliata, famili Ophyroglenidae dan genus Ichthyophthirius.

Siklus hidup Ichthyophthirius multifiliis
Siklus hidup parasit ini sangat sederhana, dimulai dari stadium dewasa atau pemakan (troposit) yang berpenetrasi pada lapisan lendir & lapisan kulit terluar (epidermis) serta jaringan epithelium insang dari inang. Hal ini menyebakan ikan mengalami iritasi. Parasit ini berkembang dengan memperoleh makanan dari sel darah merah dan sel kulit ikan. Setelah fase pemakannya selesai, ich akan memecah epithelium dan keluar dari inangnya untuk membentuk kista. Kista-kista tersebut akan menempel pada tumbuhan, batu ataupun objek lainnya yang ada diperairan. Kemudian terjadi pembelahan biner hingga 10 kali menghasilkan 100-2000 sel bulat berdiameter 18-22 µm. Sel-sel tersebut akan memanjang seperti cerutu berdiameter 10 X 40 µm dan mengeluakan enzim hyaluronidase, enzim ini digunakan untuk memecahkan kista sehingga tomit (sel-sel muda) yang dihasilkan dapat berenang bebas dan segera mendapat inang baru. Tomit-tomit yang motil dan bersifat infektif akan mati jika tidak menemukan inang baru dalam waktu 3x24 jam. Siklus hidup ich memerlukan waktu 3 hari hingga 3 minggu tergantung pada suhu dan keadaan tubuh inangnya (sekitar 4 minggu pada suhu 200C tapi akan lebih cepat siklusnya sekitar 5 hari pada suhu 270C).
Gambar 2. Siklus infeksi Ichthyophthirius multifiliis pada ikan

Gejala infeksi
Bagian tubuh ikan yang menjadi sasaran adalah sel pigmen, sel darahdan sel lendir. Bila yang diserang bagian kepala, terutama permukaan insang, ikan biasanya megap-megap seperti sesak napas, lama-kelamaan mati. Serangan yang ringan pada selaput lendir mengakibatkan ikan gatal-gatal, mengesek-gesekan tubuhnya pada dinding atau substrat lain diperairan. Pada tahap infeksi yang lebih lanjut, akan muncul bintik-bintik putih pada bagian tubuh yang terinfeksi, sehingga menyebabkan ulcer (borok) atau infeksi sekunder lainnya.

Gambar 3. Ikan lele yang terinfeksi white spot

Mencegah & Mengobati White Spot
Cara termudah timbulnya penyakit ich dengan menjaga kualitas air secara optimal bagi pemeliharaan ikan, pergantian air secara rutin akan membantu menghilangkan atau memutus fase parasit tersebut.
Ikan yang sakit diobati melalui perendaman methile blue, caranya sebagai berikut  :
1.     Buatlah larutan baku dengan mencampurkan 1 gr methile blue ke dalam 100 ml air bersih
2.     Siapkan wadah plastik dan isi air bersih dan campurkan larutan baku sebanyak 2-4 ml setiap 4 liter air.
3.     Rendam ikan yang sakit dan biarkan selama 24 jam.
Pengobatan alternatif menggunakan larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 1-3% atau 1-3 gr garam dapur dalam 100 ml air bersih. Rendam ikan yang sakit dalam wadah plastik selama 5-10 menit lalu pindahkan ke dalam air bersih.
Bisa juga menggunakan campuran formalin sebanyak 25 ml per 1 m3 air atau dengan Malachite green oxalat sebanyak 0.15 gr per 1 m3 air ( 1 m3 = 1000 liter) rendam ikan yang terserang selang waktu 12-24 jam, selama perendaman perhatikan pasokan oksigen terlarut supaya memadai.  


Sumber :
1.      Aquarista Magazine. Edisi 02.
2.     Daelami, Deden. 2002. Agar Ikan Sehat . Penebar Swadaya. Jakarta
3.     Supriyadi, Hambali. 2002. Mewaspadai & Menanggulangi penyakit pada Lau Han. Agro Media Pustaka. Bogor