Penyuluh Perikanan

Penyuluh Perikanan
Pulau Tinggi

Senin, 15 September 2014

Rumput Laut Dapat Diolah Jadi 500 Produk

Rumput Laut Dapat Diolah Jadi 500 Produk


Rumput laut di Indonesia dapat diolah menjadi 500 jenis produk komersial, seperti karaginan. Karaginan ini merupakan bahan baku kosmetik, parfum, obat-obatan, dan pasta gigi.



 
Padahal, bila diolah lebih lanjut, rumput laut dapat menghasilkan nilai tambah tinggi. Misalnya rumput laut kering yang diolah menjadi chip, harganya mencapai Rp 18.000 - 20.000 per kilogram (kg). Sedangkan harga rumput laut basah di tingkat petard hanya sebesar Rp 1.000 - 2.000 per kg atau Rp 7.000 - 8.000 per kg setelah kering.

Rumput laut kini banyak dimanfaatkan untuk bahan makanan seperti jelly atau agar-agar, rod, salad, saus, dan es krim. Tumbuhan keluarga ganggang ini juga dapat diolah menjadi minuman, seperti yoghurt dan sirup.
Rumput laut juga bisa digunakan untuk bahan baku pupuk organik. Bahkan, kandungan unsur hara mikro dan makronya lebih tinggi dari pupuk urea. "Dari hasil penelitian, limbah semua jenis rumput laut bisa dipakai untuk pupuk," kata Kepala Pusat Riset Kementerian KP Achmad Poernomo.

Uji efektivitas pupuk rumput laut menunjukkan, tanaman yang diberi pupuk ini selama empat pekan bertambah tinggi 32,8 sentimeter (cm), sedangkan yang diberi urea tumbuh 32,2 cm. Panjang daun tanaman yang menggunakan pupuk rumput laut juga mencapai 13,7 cm, sedangkan yang menggunakan urea hanya 9,3 cm.

Rumput laut juga banyak digunakan untuk suplemen kesehatan, karena kandungan nutrisinya lengkap. Banyak kalangan yakin, konsumsi rumput laut mencegah kanker serta memperlancar proses metabolisme lemak, sehingga mengurangi resiko obesitas dan menurunkan kolesterol atau gula darah.

Komoditas ini juga membantu pengobatan tukak lambung, radang usus besar, susah buang air besar, dan gangguan pencernaan lain. Kandungan kalsiumnya bahkan sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan susu, sehingga sangat bagus dikonsumsi untuk mengurangi dan mencegah gejala osteoporosis.

Sumber   Energi
Berdasarkan hasil penelitian para ahli, rumput laut dapat dipakai sebagai bahan bakar alternatif (biofuel). Menurut Kepala Pusat Data, Statistik, dan Informasi (Kapusdatin) Kementerian KP Soen'an Hadi Poernomo, rumput laut sebagai bahan biofuel merupakan hal yang baru, yang harus didukung dan dikembangkan.


Negara yang fokus dengan biofuel itu adalah Korea Selatan. "Mereka sudah membangun pusat penelitian di negerinya dan berharap Indonesia bisa memasok rumput lautnya. Pemerintah Korea Selatan yakin rumput laut bisa mengatasi keluhan masyarakatnya terhadap energi," katanya.

Mikro alga untuk biofuel ini dinilai lebih kompetitif dibandingkan komoditas pangan seperti jagung dan sawit. Pasalnya, 1 ha lahan mikro alga dapat menghasilkan 58.700 liter minyak (30% dari biomassa) per tahun, jauh lebih besar dibandingkan jagung (172 liter per tahun) dan kelapa sawit (5.900 liter tier tahun).
 
Nilai dan Volume Produksi Rumput Laut
Tahun
Nilai Produksi (Rp. Juta)
Volume Produksi (Ton)
2009
1.801.800
2.547.000
2010
1.870.960 *
2.672.800 *
2011
2.452.940 *
3.504.200 *
2012
3.570.000 *
5.100.000 *
2013
5.250.000 *
7.500.000 *
2014
7.000.000 *
10.000.000 *
* Proyeksi
                                                                           Sumber :  Kementerian Kelautan dan Perikanan


** Sumber : Investor Daily 25 Januari 2010. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar